Imigran Afghanistan Nyaris 10 Tahun di Riau: Hanya Makan-Tidur, seperti Burung Dalam Sangkar

Menurutnya selama gelombang pengungsi tinggal di Pekanbaru sejak 2013, hampir 17 orang bunuh diri di seluruh Indonesia.

Eko Faizin
Rabu, 18 Mei 2022 | 12:07 WIB
Imigran Afghanistan Nyaris 10 Tahun di Riau: Hanya Makan-Tidur, seperti Burung Dalam Sangkar
Ratusan pengungsi Afghanistan melakukan aksi long march ke Perwakilan UNHCR (The United Nations High Commissioner for Refugees) di luar Gedung Graha Pena, Panam, Pekanbaru, Selasa (17/5/2022). [Suara.com/Wahid Irawan]

SuaraRiau.id - Ratusan pengungsi Afghanistan melakukan aksi long march ke Perwakilan UNHCR (The United Nations High Commissioner for Refugees) di luar Gedung Graha Pena, Panam, Pekanbaru, Selasa (17/5/2022).

Para imigran Afghanistan yang terdiri dari laki-laki dewasa, perempuan dan anak-anak itu menuntut kejelasan status mereka di Indonesia

Mereka melakukan aksi jalan kaki sambil menenteng spanduk protes mulai dari simpang lampu merah Arifin Ahmad melewati pasar Arengka hingga berhenti di depan Gedung Graha Pena, tempat perwakilan UNHCR berada.

UNHCR adalah organisasi di bawah naungan PBB yang menjalankan mandat perlindungan pengungsi dan menangani permasalahan pengungsi di Indonesia.

Aksi ini juga diikuti seorang perempuan sudah tampak sepuh harus didorong dengan kursi roda. Sebagian besar imigran memakai rompi berwarna biru langit dengan logo IOM di dada dan UNHCR di punggung mereka.

Dengan berdiri di tengah panas siang hari, sebagian memakai payung untuk menghalau panas, aksi mereka mulai dengan meneriakkan tuntutan mereka dalam bahasa Inggris.

"What do you want? Transfer. Canada welcome. America welcome. Australia welcome. New Zealand welcome," teriak salah seorang orator lalu dijawab oleh massa di depannya.

Salah seorang imigran, Ahmad mengatakan bahwa tuntutan mereka kepada UNHCR adalah mengirim mereka ke negara ketiga. Menurutnya negara ketiga seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia hingga Selandia Baru siap menerima pengungsi.

"Sudah hampir delapan bulan kami minta resettlement. Resettlement itu pindah ke negara ketiga. Karena Indonesia hanya negara transit. Seharusnya negara yang transit menjelaskan masa depan pengungsi yang datang ke sini, selama satu tahun atau dua tahun. Tapi kami sudah tertahan di sini hampir 10 tahun, tanpa jelas masa depannya. Tanpa jelas hidupnya," katanya.

Menurutnya selama gelombang pengungsi tinggal di Pekanbaru sejak 2013, hampir 17 orang bunuh diri di seluruh Indonesia. Termasuk dua orang imigran di Pekanbaru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini