Viral Hacker Brazil Ngaku Bobol Data Anggota Polisi, Ini Penjelasan Polri

Dedi tidak menjelaskan lebih lanjut terkait keabsahan data yang diduga milik anggota Polri yang disebarkan oleh peretas di media sosial.

Eko Faizin
Senin, 22 November 2021 | 08:47 WIB
Viral Hacker Brazil Ngaku Bobol Data Anggota Polisi, Ini Penjelasan Polri
Ilustrasi hacker (Foto: twitter.com/RakyatdotNews)

SuaraRiau.id - Seorang hacker atau peretas asal Brazil mengaku di Twiiter telah membobol data anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Terkait itu, Polri memastikan keamanan data anggota hingga server dan aplikasi kepolisian terjaga dalam kondisi aman.

"Intinya untuk server data, aplikasi-aplikasi Polri serta sistem keamanan semuanya hingga saat ini aman," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo dikutip dari Antara, Senin (22/11/2021).

Sebelumnya, Dedi mengatakan Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri telah melakukan pendalaman terkait pembobolan data Polri tersebut.

Dedi tidak menjelaskan lebih lanjut terkait keabsahan data yang diduga milik anggota Polri yang disebarkan oleh peretas di media sosial.

Namun ia memastikan saat ini data institusi Polri tersebut dalam keadaan aman.

"Aman untuk datanya," kata Dedi.

Dalam kasus ini, peretas asal Brazil yang menamai dirinya "son1x" dalam akun Twitternya mengaku telah berhasil membobol data pribadi anggota Polri beserta orang-orang terdekat dan keluarganya.

Dari penelusuran Antara, Kamis (18/11/2021), akun Twitter @son1x666 menuliskan unggahan "Polri- Indonesian National Police Hacked" 28k logins and personal information leaked".

Dalam unggahan tersebut, pemilik akun mencantumkan tiga tautan yang diduga berisi salinan data pribadi anggota Polri yang telah diretas.

Jika tautan itu diklik, pengguna akan dialihkan ke tampilan website yang diduga dikelola oleh peretas, yang menyajikan data seperti nama, pangkat, tempat dan tanggal lahir, satuan kerja, status pernikahan hingga nomor register pokok serta beberapa data pribadi lainnya.

Dalam unggahannya, peretas mengaku melakukan aksi tersebut dengan alasan tidak mendukung pemerintahan dalam memperlakukan rakyatnya.

Peretas mengaku aksi tersebut dilakukan setelah banyak orang yang menghubunginya berbicara tentang kehidupan masyarakat di Indonesia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini