Ramai Pernyataan Kontroversi Gus Yaqut, PBNU: Kemenag Hadiah buat Semua Agama

Namun tidak berarti NU boleh semena-mena berkuasa atas Kemenag ataupun merasa ada hak khusus.

Eko Faizin
Senin, 25 Oktober 2021 | 12:23 WIB
Ramai Pernyataan Kontroversi Gus Yaqut, PBNU: Kemenag Hadiah buat Semua Agama
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas [Twitter Gus Yaqut]

SuaraRiau.id - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kembali menuai sorotan usai menyebut instansinya merupakan hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU).

Pernyataan tersebut kemudian ditanggapi banyak pihak, salah satunya Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini.

Ia menyatakan bahwa Kementerian Agama (Kemenag) bukanlah kado dari negara bagi NU atau untuk umat Islam semata, tapi hadiah bagi semua agama.

"Pertama adalah bahwa Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam," ujar Helmy pada Minggu (24/10/2021) dikutip dari Antara.

Menurut Helmy, NU memang punya peran besar dalam menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

Namun tidak berarti NU boleh semena-mena berkuasa atas Kemenag ataupun merasa ada hak khusus.

Bahkan, peran NU jauh sebelum kemerdekaan telah meletakkan pesantren sebagai pilar pembentuk karakter mental bangsa yang bertumpu kepada akhlaqul karimah.

"Meski demikian, NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam 'privilege' dalam pengelolaan kekuasaan dan pemerintahan, karena NU adalah jamiyyah diniyah ijtimaiyyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan)," kata dia.

Pada dasarnya, kata dia, semua elemen sejarah bangsa punya peran strategis dalam pendirian NKRI, melahirkan Pancasila, UUD 1945 dalam keanekaragaman suku, ras, agama, dan golongan yang dibalut Bhinneka Tunggal Ika.

Helmy menjelaskan prinsip bagi NU adalah siapa saja boleh memimpin dan berkuasa dengan landasan kepemimpinan harus melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan.

"Dengan segala hormat dan kerendahan hati, tentang pernyataan Pak Menteri Agama tentu itu hak beliau, meski saya pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini