SuaraRiau.id - Penceramah Yahya Waloni akhirnya meminta maaf kepada umat Nasrani dan mengakui kesalahan atas pernyataannya selama ini.
Permohonan maaf penceramah Yahya Waloni ini mendapat respons dari Pendeta Gilbert Lumoindong.
Menurutnya, hal tersebut merupakan momentum untuk melestarikan lagi budaya dasar bangsa Indonesia.
Pendeta Gilbert Lumoindong menegaskan umat Kristen pasti menerima maaf Ustaz Yahya Waloni. Tak hanya menerima permintaan maaf, tapi umat Kristen juga senantiasi mendoakan Yahya Waloni bisa terus sehat.
Sikap Yahya Waloni tersebut juga menjadi babak baru bagi para tokoh agama untuk setop saling menghina agama lain dalam menyampaikan ajaran agamanya masing-masing.
“Karena itu ini adalah awal untuk sudahlah, yang salah akui salah. Kita umat Kristen rasanya bodohlah kalau tak terima permintaan maaf ini. Karena mengampuni itu ajakan Kristus, dalam iman kami, bahkan salah satu doa utama Kekristenan tiap hari yaitu doa bapa kami, kami naikkan doa ini, ampuni kami sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah pada kami,” ujar Pendeta Gilbert kepada Hops.id--jaringan Suara.com, Kamis (30/9/2021).
Pendeta Gilbert pun mengajak kepada umat Kristen untuk berbesar hati menyambut permintaan maaf Yahya Waloni dengan mendoakan yang bersangkutan.
“Saya pikir, mari umat Kristen dengan besar hati menyambut maaf ini dengan mendoakan beliau,” ungkap dia.
Namun, kata Pendeta Gilbert, walaupun umat Kristen sudah menerima maaf, bukan lantas Ustaz Yahya Waloni lepas dari hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Yahya Waloni, mesti mempertanggungjawabkan ceramahnya yang menyakiti umat Kristen itu di mata hukum.
“Hukum positif akan tetap berjalan, tapi dengan saling mendoakan beliau tetap sehat dan dikuatkan Tuhan dalam melewati semuanya,” sebutnya.
Pendeta Gilbert pun berpesan bahwa permintaan maaf Ustaz Yahya Waloni harusnya dijadikan pelajaran buat umat bergama khususnya dalam konteks Ustaz Yahya Waloni adalah umat Islam dan Kristen di Indonesia.
“Jangan sampai mengulang lagi kesalahan. Marilah kita kembali ke budaya dasar Indonesia yang gotong royong, saling peduli, saling mengasihi dan ewuh pakewuh,” tutur dia.
Pendeta Gilbert berharap umat beragama bisa belajar dari kasus Ustadz Yahya Waloni, yaitu mengembalikan lagi budaya dasar bangsa Indonesia.
“Yang salah minta maaf. Yang sudah salah jangan merekayasa, mengumpulkan kekuatan pasukan lalu menjatuhkan dan menyampaikan narasi kebencian supaya mendapat dukungan kelompok tertentu,” terang Pendeta Gilbert.
Untuk diketahui, Yahya Waloni ditangkap Tim Bareskrim Polri pada di Perumahan Permata, Klaster Dragon, Kecamatan Cileungsi, Kabupate Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/8/2021).
Ustaz Yahya Waloni diamankan atas dugaan ujaran kebencian bermuatan SARA dan penodaan terhadap agama tertentu.
"Penyidk menjeratnya dengan pasal berlapis, dari perbuatannya disangkakan dengan beberapa pasal," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono seperti dikutip dari Antara, Jumat (27/8/2021).
Lebih lanjut, Rusdi mengungkapkan bahwa pasal yang disangkakan kepada Yahya Waloni sama seperti Muhammad Kece, yakni Pasal 28 ayat (2) dan junto Pasal 45a ayat (2), di mana dalam pasal tersebut diatur barang siapa dengan sengaja tidak sah menyebarkan permusuhan, kebencian berdasarkan SARA dan juga disangkakan dengan Pasal 156a KUHPidana tentang penodaan agama.
"Pasal yang disangkakan sama, perilaku dan tindakannya sama (dengan Kece-red)," terang Rusdi.
Rusdi juga menjelaskan, kronologis penangkapan Muhammad Yahya Waloni pada Kamis (26/8/2021) sekitar pukul 17.00 WIB di Perumahan Permata, Klaster Dragon, Kecamatan Cileungsi, Kabupate Bogor, Jabar.
Penegakan hukum terhadap Yahya Waloni berdasarkan Laporan Polisi (LP) Nomor 0287/VI/2021/Bareskrim.Polri tanggal 27 April 2021.