SuaraRiau.id - Hidayah Allah bisa datang dari berbagai bentuk, bahkan ujian berupa bencana. Seperti yang dialami seorang pria Tionghoa bernama Cheng.
Lelaki yang kini telah masuk Islam ini lama menetap di Aceh. Saat ini ia bernama Muhammad Cheng.
Meskipun Cheng dan keluarga termasuk minoritas di Aceh, tapi mereka tinggal dan hidup berdampingan dengan warga lainnya.
Keluarga Cheng, selama tiga generasi, ia ternyata telah tinggal di wilayah paling Islami di ujung barat Indonesia itu untuk berdagang.
Muhammad Cheng mengaku tergugah pindah agama ke Islam usai melihat malaikat yang mengangkat dan menjaga masjid saat tsunami terjadi di Aceh pada 2004 silam.
Dalam kanal YouTube La Tahzan, Muhammad Cheng menceritakan awal mula ia tinggal di daerah berjuluk Serambi Mekkah tersebut.
“Kami datang ke bagian yang paling Islami di Asia Tenggara ini untuk berdagang, termasuk nenek moyang dan mereka tetap tinggal karena telah menemukan lingkungan yang kondusif,” tuturnya dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, Senin (28/6/2021).
Setiap harinya, Cheng akan membuka toko dan memberikan persembahan kepada altar nenek moyang. Tak hanya itu, pada siang hari ia akan mengulangi hal yang sama untuk menawarkan dupa.
Toko Cheng sendiri lokasinya dekat dengan Masjid Agung atau Masjid Raya Baiturahman yang ada di Kota Banda Aceh.
“Saya selalu mendengar panggilan azan dan saya baru saja akan membuka toko di dekat Masjid Agung Banda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004.” ujar dia.
Di hari tsunami 2004 terjadi, dirinya mengatakan bahwa semua tampak seperti biasa. Namun, ada hal yang membuatnya merasa aneh.
Hari itu, burung-burung tidak berkicau dan kucing yang biasa menunggu Cheng membuka toko pun tak terlihat.
Cheng awalnya tidak terlalu memperhatikan kejanggalan di pagi itu. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh yang sangat kuat dan kencang.
Pria Tionghoa itu lalu melihat orang-orang keluar dari toko mereka kemudian kembali masuk ke dalam. Selang beberapa saat, Cheng mengatakan bahwa orang-orang kembali berlarian dan berteriak.
Karena panik, ia pun segera mengambil kemenyan dan meminta bantuan pada leluhur. Akan tetapi, air yang datang justru semakin banyak dan membuatnya semakin takut.
“Orang-orang histeris dan berlari menuju masjid sambil berteriak dan kemudian saya melihat air mengalir lebih banyak mengalir di jalan dan menuju masjid. Saya menjadi takut dan berlari ke atas.” sebut Cheng.
Saat menyaksikan tsunami Aceh pada 2004 silam, Cheng mengatakan bahwa ia melihat pria berpakaian putih yang mengangkat Masjid Agung agar tidak hancur terkena hantaman air.
Sementara Cheng sendiri menyaksikan dahsyatnya tsunami Aceh tahun 2004 secara langsung dari atas balkon tokonya.
Namun, ada hal yang tidak akan pernah Cheng lupakan. Ia mengatakan melihat pria jangkung berpakaian putih mengangkat Masjid Agung seakan menjaga agar masjid tak hancur dihantam kerasnya air.
“Tiba-tiba saya melihat sesuatu yang sangat aneh. Ada pria jangkung mengenakan pakaian putih. Mereka membuat gerakan seperti polisi mengarahkan lalu lintas. Mereka berdiri di berbagai tempat di depan Masjid Agung dan air mengikuti arahan mereka,” ungkapnya.
Cheng kemudian mengatakan bahwa ada lebih banyak pria berpakaian putih yang muncul. Pria-pria itu mengangkat masjid tepat di atas tanah dan air menyembur di bawahnya.
Nah, setelah tsunami berakhir, Cheng mengaku tidak bisa melupakan hal yang ia lihat hingga ia kemudian disarankan untuk bertemu imam Masjid Agung dan menceritakan apa yang terjadi padanya.
Di sana, sang Imam menjelaskan pada Cheng apa yang dirinya lihat itu adalah malaikat yang mengikuti perintah Allah agar masjid tidak hancur oleh tsunami.
Mendengar hal tersebut, Cheng pun memutuskan untuk pergi meninggalkan sang Imam tanpa menjawab pertanyaannya.
Namun, hal itu justru membuatnya kebingungan dan meninggalkan banyak pertanyaan di kepalanya.
“Bagaimana saya, seorang Tionghoa, bisa menjadi Muslim? Sebagai orang Tionghoa, kami memiliki tradisi, ritual, dan kepercayaan kami sendiri.” kata Cheng.
Putuskan mualaf
Meski mengambil keputusan yang sulit, Cheng akhirnya mantap memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dan mengganti namanya menjadi Muhammad Cheng.
Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang mualaf pada tahun 2005, Cheng berdiam diri selama berhari-hari dan menutup tokonya.
Ia juga terus-menerus melihat adegan saat tsunami secara berulang-ulang ketika para malaikat mengangkat masjid dan melakukan pekerjaannya.
Melihat Cheng tidak membuka tokonya secara berhari-hari, Imam Masjid pun datang mengunjunginya.
Cheng mengatakan pada sang Imam bahwa Tuhan memang memberinya tanda besar dan tidak seharusnya ia melupakan hal itu.
Lalu sang Imam mengatakan bahwa Cheng benar. Tuhan memberinya tanda, bahkan sebuah pertanda besar.
Kemudian sang Imam memberitahukan bahwa Cheng harus menghafalkan dua kalimat syahadat yang ia tuliskan di sebuah kertas.
Setelah melafalkan kalimat syahadat, Cheng pun merasa seperti cahaya terang memenuhi tokonya.
Nah, sejak menjadi seorang Muslim, sang Imam pun selalu datang untuk mengajari Cheng tentang Islam, termasuk menunjukkan bagaimana cara berdoa dan membaca Al-Qur’an.
“Imam datang setiap hari untuk mengajari saya tentang Islam. Dia menunjukkan kepada saya bagaimana berdoa dan cara membaca Qur’an dan juga ikut salat di Masjid Agung. Itu adalah salah satu hal terindah dalam hidup saya. Alhamdulillah,” tutur Muhammad Cheng.