Pekanbaru Manfaatkan Limbah Minyak Jelantah jadi Bahan Biodesel

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pekanbaru mengumpulkan minyak jelantah tersebut dari warga yang menjual ke bank sampah.

Eko Faizin
Minggu, 14 Februari 2021 | 08:35 WIB
Pekanbaru Manfaatkan Limbah Minyak Jelantah jadi Bahan Biodesel
Minyak jelantah atau minyak goreng bekas yang bisa diolah menjadi bahan baku biodiesel. [Antara/Frislidia]

SuaraRiau.id - Minyak goreng bekas atau yang dikenal dengan minyak jelantah ternyata bisa diolah menjadi bahan baku biodiesel. Pemanfaatan ini dilakukan karena potensi minyak goreng bekas itu banyak tersedia di masyarakat, terutama di Kota Pekanbaru.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pekanbaru mengumpulkan limbah minyak jelantah tersebut dari warga yang menjual ke bank sampah.

"Untuk mendapatkan minyak jelantah itu DLHK Pekanbaru mengumpulkannya dari masyarakat yang menjual minyak tersebut ke Bank Sampah Kota Pekanbaru," kata Kepala Seksi Pengurangan dan Pemanfaatan Sampah, penanggung jawab Bank Sampah DLHK Kota Pekanbaru, Wenny Arizona, dikutip dari Antara, Sabtu (14/2/2021).

Wenny menambahkan, setiap kilogram limbah minyak jelantah yang mereka setor akan dihargai dengan rupiah dan mereka bisa mencatatkan hasil penjualan minyak jelantah tersebut ke dalam buku tabungan, buku ini dicetak oleh pengelola bank sampah.

Dia mengatakan keberadaan Bank Tabungan Sampah Kota Pekanbaru selama ini masih melayani warga yang menyetorkan sampah anorganik seperti kaca, plastik, besi, karah, kertas dan lainnya yang dihargai dengan rupiah.

Wenny juga mengatakan, saat menabung sampah, warga mendapatkan buku tabungan sampah yang sewaktu-waktu jika tabungan sampah mereka sudah besar bisa dicairkan dalam bentuk uang.

"Menabung sampah ini biasanya rutin diseror setiap Kamis pagi kini selain sampah anorganik saja yang bisa ditabung, juga minyak jelantah yang dikelola DLHK Kota Pekanbaru dengan Bank Jelantah Pekanbaru yang menerima minyak goreng bekas itu," sebut dia.

Aksi menabung minyak jelantah sudah dilakukan ASN dan tenaga harian lepas DLHK Pekanbaru, dan minyak goreng bekas yang ditabung sudah mencapai 27 kg.

Dikatakan Wenny, sebagai upaya menjaga lingkungan, DLHK Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk tidak membuang minyak jelantah sembarangan.

Ryan, pengelola Bank Jelantah Pekanbaru mengatakan minyak jelanta masih dapat dimanfaatkan kembali dan dapat mencemari lingkungan bila dibuang langsung begitu saja. Bila diproses lebih lanjut minyak jelantah dapat dijadikan alternatif bahan baku biodiesel.

"Minyak jelantah ini akan diproses lagi dan bisa diekspor ke luar negeri untuk dijadikan biodiesel," kata Ryan.

Bagi yang ingin menabung minyak jelantah ke Bank Jelantah dapat melalui narahubung 082298354357 atau akun Instagram @bankjelantah.pekanbaru.

Sebelumnya koordinator kelompok mahasiswa UII Kharis Pratama di Yogyakarta, mencari metode yang tepat untuk memproses minyak jelantah menjadi biodisel. Hal ini memang tidak mudah karena dengan metode yang biasa kendalanya biodiesel masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga kurang berkualitas.

"Metode yang tepat yakni dengan memanfaatkan reaksi transesterifikasi untuk mengkonversi minyak jelantah, dan proses konversi dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik (elektrolisis) ke dalam larutan minyak jelantah dengan variasi waktu tertentu. Berikutnya elektroda atau batang logam yang digunakan untuk mengaliri listrik telah dilumuri dengan larutan khusus yang disebut kitosan gel," katanya.

Reaksi transesterifikasi selama elektrolisis mengubah minyak jelantah ke dalam dua lapisan, yang berwarna coklat merupakan lapisan gliserol, sedangkan lapisan atas yang berwarna kuning keruh merupakan lapisan biodiesel," katanya.

Tahap akhir dari proses itu, katanya adalah mencuci lapisan biodiesel dari residu hingga menghasilkan biodiesel murni yang siap pakai.

Berdasarkan data, Indonesia termasuk negara yang konsumsi minyak gorengnya tinggi karena hampir semua jenis makanan diproses dengan memakai minyak goreng.

Banyak minyak jelantah sisa produksi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat biodiesel murni.

Sementara itu data menunjukkan rata-rata konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia setiap tahun mencapai 5,5 juta ton atau 24 persen dari total produksi minyak goreng sawit per tahun sebesar 23 juta ton.

Sedangkan minyak jelantah adalah minyak sisa-sisa dari penggorengan. Dilihat dari komposisi kimia, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.

Pemakaian minyak jelantah bisa merusak kesehatan manusia, menimbulkan kanker. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat langsung membuang minyak jelantah itu. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak