SuaraRiau.id - Pernyataan Permadi Arya atau Abu Janda di media sosial (medsos) kerap menuai pro kontra. Cuitan Abu Janda dinilai meresahkan dan dikhawatirkan mengoyak atau hingga memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto mengungkapkan bahwa Abu Janda punya pola agitasi yang menyerang Islam hingga siapa pun yang kritis terhadap kekuasan.
Satyo mengkhawatirkan polemik tersebut karena berpotensi menjadi beban politik Istana.
“Berpotensi menjadi beban politik Istana yang kini harusnya pemerintah sedang fokus menghadapi pandemi dan berusaha dalam pemulihan ekonomi,” kata Satyo dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Sabtu (30/1/2021).
Tak hanya itu, Satyo juga mengingatkan bahwa sepak terjang atau polanya melakukan provokasi di media sosial tidak terlihat alami melainkan mirip desain.
“Artinya ada yang mentoring, ada target, pola dan tujuan. Ini sangat berbahaya, negara akan terus dalam situasi instabilitas akibat manuver penggiat medsos macam Abu Janda. Seperti cara-cara intel lama yang adu domba dan memasang konflik. Sudah usang,” tekan Satyo.
Ia pun menduga kuat bahwa Abu Janda punya mentoring seorang mantan jenderal. Ia menyimpulkan demikian karena ia terkesan kebal hukum.
“Jangan lagi memperkeruh bangsa ini dengan ambisi dan syahwat kekuasaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan jamannya, dan berhenti menggunakan “proxy” seperti orang-orang dengan nama Abu Janda,” pungkas Komeng.
Sebelumnya, Abu Janda dilaporkan oleh KNPI ke Bareskrim Polri atas dugaan rasis dan penistaan agama, karena ujaran rasis yang menyerang aktivis Natalius Pigai.