SuaraRiau.id - Antrean panjang kendaraan roda empat untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) kembali terjadi di SPBU Siak, Rabu (24/8/2022).
Salah seorang pengelola SPBU, Ria mengatakan peristiwa itu sudah terjadi sejak bulan Juli 2022 yang lalu.
Dikatakan Ria hal itu disebabkan oleh jatah solar untuk SPBU ditempat ia bekerja hanya delapan Kilo Liter per harinya.
"Kalau solar sudah lama kosong, sekarang bio solar dan dexlite. Bio solar pun sehari hanya 8 KL per harinya," kata Ria saat ditemui Suara.com di SPBU Siak tempat ia kerja.
Delapan kiloliter itu, lanjut Ria, hanya bisa bertahan hingga setengah hari kerja saja dikarenakan banyaknya kendaraan yang membeli bio solar.
"8 kiloliter itu paling setengah hari bertahan bang, ini masuk pagi bongkar dan langsung siang ini mau habis," ujar Ria.
Disinggung soal akan adanya kenaikan harga BBM, Ria mengaku tidak mengetahui secara pasti.
Disampaikan Ria, sekarang pihak SPBU sedang mensosialisasikan aplikasi MyPertamina agar BBM subsidi memang tepat sasaran.
"Nanti kan ada aplikasi itu, nanti di situ bisa dilihat mana konsumen yang mobilnya layak untuk mendapatkan BBM subsidi," jelas Ria.
"Lagian kami ini hanya penyalur. Kalau bagaimana teknisnya tidak begitu paham, yang paham itu ya pemerintah atau Pertamina," ungkap Ria.
Ardi salah seorang supir truk sudah 3 jam mengantre untuk mendapatkan minyak biosolar.
"Sudah 3 jam kami antre. Nanti sampai giliran kami minyak pun habis," jelas Ardi.
Dikatakan Ardi, ia harus kehilangan trip untuk mengangkut pesanan orang dikarenakan harus mengantri.
Terkadang, dengan ia mengantre ia sama sekali tak mendapatkan orderan atau bekerja.
"Karena lama mengantre hilang job. Kadang gara-gara mengantre sama sekali gak dapat uang kami," bener Ardi.
Diceritakan Ardi, dalam memenuhi kehidupan sehari-hari ia harus mengejar trip untuk bisa mendapatkan uang.
"Kejar trip tu biar dapat kita pendapatan. Maklumlah kami sopir truk ini kan," jelasnya.
Ditanyakan tentang akan terjadi kenaikan harga BBM yang akan dilakukan pemerintah, Ardi mengatakan hanya bisa pasrah saja.
"Kalau mau naik harga BBM ya pasrah lagi kami bang. Kami rela antri ini biar bisa beli bio solar dan murah, sementara mau dinaikkan pula. Ya mau cemana lagi," jelasnya.
Sementara itu, Sugeng (37) salah seorang warga di Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau mengatakan jika terjadi kenaikan BBM maka akan harga bahan pokok lainnya akan menjadi naik juga.
"Kalau BBM naik siap siap lah harga bahan pokok lainnya naik," sebut Sugeng.
Dijelaskan Sugeng, dengan kondisi setelah pandemi ini saja masyarakat sudah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup apalagi ditambah biaya BBM semakin tinggi.
"Kondisi begini saja sudah susah, apalagi ditambah dengan kenaikan harga BBM. Karena efeknya pasti ke mana-mana," tutur Sugeng.
Kontributor : Alfat Handri