Tangki Penyimpanan CPO Penuh, Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit Berhenti Operasi

Informasi penghentian sejumlah PKS itu disampaikan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) baru-baru ini.

Eko Faizin
Kamis, 07 Juli 2022 | 17:40 WIB
Tangki Penyimpanan CPO Penuh, Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit Berhenti Operasi
Sejumlah truk bermuatan kelapa sawit menunggu antrean bongkar muat di sebuah pabrik kelapa sawit di Desa Rantau Sakti, Rokan Hulu, Riau. [Antara/Wahyu Putro A]

SuaraRiau.id - Sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) menghentikan operasinya karena kapasitas tangki minyak sawit mereka sudah penuh akibat terhambatnya ekspor komoditas tersebut.

Informasi penghentian sejumlah PKS itu disampaikan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) baru-baru ini.

Ketua Gapki Cabang Jambi Tidar Bagaskara mengatakan saat ini tangki penyimpanan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sentra perkebunan sawit hampir penuh, akibatnya, PKS mulai membatasi pembelian Tandan Buah Segar (TBS) milik petani mandiri.

"Sudah ada empat PKS yang menghentikan operasinya karena tangki CPOnya benar-benar sudah penuh. Dari keempat PKS tersebut, satu milik anggota Gapki dan yang tiga PKS bukan anggota Gapki," kata Tidar dikutip dari Antara, Kamis (7/7/2022).

Menurut dia, Gapki Jambi telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan unsur Pemprov Jambi untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Gubernur Jambi siap membantu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan seandainya ada kesulitan pada masalah transportasi kapal angkutan, katanya. Kalau masalah pajak ekspor gubernur siap berkomunikasi dengan Kemenkeu.

"Artinya di Provinsi Jambi semuanya mendukung bagaimana untuk meningkatkan harga TBS dan ekspor CPO kembali lancar, namun semua regulasi di pemerintah pusat," katanya.

Senada dengan itu Ketua Gapki Sumatera Barat Bambang Wiguritno mengatakan tangki-tangki penyimpanan CPO di Sumatera Barat juga hampir penuh, bahkan beberapa minggu yang lalu ada yang sudah penuh sehingga menghentikan operasinya.

"Karena berhenti operasi, maka PKS tersebut tidak membeli TBS petani. Saat itu ada empat PKS yang menghentikan operasinya," katanya.

Menurutnya, PKS yang mempunyai kontrak dengan buyer CPO, tangkinya tidak penuh, masih ada space sekitar 30 persen, tapi tetap mengkhawatirkan karena ekspor masih tersendat.

"Itulah yang mengakibatkan harga TBS belum stabil,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Provinsi Jambi Agus Rizal mengatakan penuhnya tangki penyimpanan ini karena PKS sulit menjual CPO-nya, kalau pun ada yang membeli, harganya sangat rendah.

"Kondisi ekspor yang belum normal juga memberikan pengaruh terhadap rendahnya harga TBS. PKS semakin sulit menerima TBS petani. Kalaupun diterima, harga TBS petani sangat rendah. Apalagi kondisi tangki penyimpanan CPO sudah penuh," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini