Puluhan Warga Binaan Lapas Perempuan Pekanbaru Khatamkan Alquran

Dia mengatakan saat ini jumlah warga binaan di Lapas Perempuan Kelas II A Pekanbaru mencapai 409 orang.

Eko Faizin
Selasa, 19 April 2022 | 11:29 WIB
Puluhan Warga Binaan Lapas Perempuan Pekanbaru Khatamkan Alquran
Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Pekanbaru, Desi Andriyani menyaksikan 45 Warga Binaan P yang melaksanakan khatam Alquran di lapas tersebut, di Pekanbaru, Senin (18/4/2022). [FOTO ANTARA/Frislidia]

SuaraRiau.id - Sebanyak 45 warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru telah mengkhatamkan bacaan 30 juz Alquran sampai selesai untuk mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT pada Ramadhan 1443 Hijriah.

"Kegiatan yang digelar pada hari pertama khatam Alquran berawal dari keinginan para WBP untuk menamatkan bacaan Alquran sampai habis itu akan berlanjut sebulan sekali untuk memotivasi warga binaan lainnya," kata Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Pekanbaru, Desi Andriyani dikutip dari Antara, Selasa (19/4/2022).

Dia mengatakan saat ini jumlah warga binaan di Lapas Perempuan Kelas II A Pekanbaru mencapai 409 orang, sebanyak 25 orang non-Muslim dan 384 orang yang Muslim.

Desi menjelaskan, dari 384 yang Muslim itu, khusus untuk kegiatan khatam Alquran ini. Terpilih sebanyak 45 WBP yang melaksanakan khataman Alquran berdasarkan penilaian dari guru mengaji mereka dari Kemenag Kota Pekanbaru.

"Khataman Alquran ini pertama dilaksanakan sekaligus dalam rangkaian menyemarakkan Nuzulul Quran pada Ramadhan 2022 yang digelar Senin (18/4) malam di LP tersebut," katanya.

Ia mengatakan, khatam artinya selesai atau telah menamatkan membaca Alquran.

"Membaca hingga mengkhatamkan Alquran, tentu akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT," kata Desi Andriyani.

Beberapa hadis meriwayatkan balasan kebaikan bagi mereka yang mengkhatamkan Alquran terutama dalam satu hari, yakni akan dishalawatkan malaikat sejak pagi hingga malam hari atau sejak malam hingga pagi hari.

Jadi, kata dia, bagi WBP yang non muslim dan muslim, diwajibkan untuk mendapatkan pembinaan dan pembekalan agama sesuai kepercayaan masing-masing yang diharapkan setelah mendalaminya maka saat keluar dari penjara bisa dijadikan sebagai alat pengendalian diri.

"Di dalam Lapas pembekalan agama paling penting, bahkan WBP Muslim yang baru belajar mengaji di Lapas bersyukur karena setelah mereka bebas sudah bisa mengajarkan mengaji kepada anak-anaknya di rumah," demikian Desi Andriyani. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini