SuaraRiau.id - Peristiwa klitih menggemparkan Yogyakarta lantaran menelan korban jiwa. Seorang remaja yang ternyata anak salah satu anggota DPRD Banyumas, Jawa Tengah meninggal dunia.
Tragedi klitih Jogja tersebut kemudian mengundang keprihatinan banyak pihak, salah satunya para netizen di media sosial.
Klitih sendiri dimaknai sebagai aksi kekerasan atau kejahatan jalanan dengan senjata tajam yang dilakukan anak di bawah umur.
![gerakan membaca Al Quran di Malioboro. [ Twitter]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/03/30/94470-gerakan-membaca-al-quran-di-malioboro.jpg)
Perhatian netizen begitu besar terhadap tragedi klitih yang memakan korban jiwa ini sampai tagar Jogja menjadi treding topic di media sosial Twitter. Sebanyak 26.200 akun lebih mencuit dengan menyematkan kata Jogja akibat insiden klitih yang memilukan ini.
Warganet ikut mengungkapkan kedukaannya terkait peristiwa memilukan itu tetapi sekaligus menanyakan keberadaan para buzzer yang sebelumnya meributkan aksi mengaji di Malioboro yang juga merupakan wilayah Jogja.
Banyak diantara netizen mempertanyakan keberadaan buzzer yang sempat ribut karena aksi ngaji di trotoar Malioboro, Yogyakarta.
“Klitih g kelar kelar bertahun2, yg cuma ngaji di malioboro ributnya seantero jahat raya.. emg jogja istimewa sih,” cuit akun @ulwan20_ dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com.
Beberapa menyebut buzzer itu dengan sebutan cebong.
“Ni cebong yg kmrn teriak teriak orang pada ngaji di jalan malioboro masih pada hidup kaga. ayo jogja damai tanpa cebong dan klitih,” tulis akun @basunendro.
Tak hanya itu, ada juga netizen yang mempertanyakan mengapa klitih yang lebih mengganggu ketertiban umum dibandingkan aksi ngaji di Malioboro, tak mendapat perhatian para buzzer.
- 1
- 2