SuaraRiau.id - Kampung Patin dinobatkan jadi sentra pembudidayaan dan pengelolaan ikan patin terbesar di Riau. Sebuah daerah yang dijuluki Kampung Patin ini berada di Desa Koto Masjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar.
Suara.com berkesempatan mengunjungi langsung sentra produksi dan pembibitan ini. Di lokasi tersebut, terdapat banyak kolam ikan patin. Warga setempat mempunyai motto, satu rumah satu kolam.
Penggerak Kampung Patin, Suhaimi (52) mengatakan, bahwa dalam satu hari, produksi patin asap atau salai dari kampung patin ini bisa mencapai 12 ton. Hasil produksi tersebut dijual ke berbagai daerah, bahkan juga sudah merambah sampai ke mancanegara.
"Kita punya pasar olahan ikan, untuk ikan salainya sehari sampai 12 ton, dikirim ke berbagai daerah. Rencana akan kita kirim sampai ke luar negeri, sekarang belum. Tapi saat saya ke Malaka Malaysia waktu itu, patin asap olahan kampung patin malah sudah ada," kata Suhaimi, Kamis (23/12/2021).
Suhaimi bersama warga yang menggeluti usaha ini sudah merencanakan akan mengekspor olahan patin tersebut hingga ke luar negeri, namun rupanya, produknya tersebut sudah lebih dulu merambah ke mancanegara oleh para pedagang luar.
Hal ini tentu membuat dirinya bangga, olahan tangan warga Kampung Patin sudah terkenal ke mana-mana.
Selain ikan asap atau salai, produksi dari kampung patin juga membuat nugget patin, bakso, kerupuk kulit, bakso, pempek patin, abon, dan masih banyak jenis lainnya. Yang mengelola kuliner khas tersebut, adalah warga setempat.
Alumni Fakultas Perikanan Unri tersebut mempunyai asa, warga bisa maju dan berkembang dari hasil di 'rumah sendiri'.
Dari segi pembudidayaan ikan patin, pengelola Graha Fish Pratama tersebut mengakui bahwa kampung patin tersebut memiliki luas 150 hektare. Di setiap rumah warga, terdapat kolam pembudidayaan patin.
"Patin itu komoditi terbaik di sini, banyak keuntungan yang kita dapati dari peluang bisnis ini, saya memulainya sudah sejak 2002. Di sini, tiada rumah tanpa kolam," ungkapnya.
Ia menyebut, warga di Kampung Patin tidak hanya menjual produk UMKM. Juga menjual pelet, benih, dan ikan segar.
Selain itu juga, pihaknya memfasilitasi kegiatan pelatihan pembenihan ikan, cara pembuatan pakan ikan, dan pengolahan ikan.
Di samping itu, nilai tambah dari kampung patin ini adalah wisata alam dan wisata edukasi. Putaran uang di desa ini dari hasil panen ikan bisa mencapai ratusan juta per hari.
Karena ada bonus destinasi wisata, sejumlah pelajar, mahasiswa, akademisi, kelompok tani, dan aparatur pemerintah, datang melihat inovasi perikanan sembari berwisata. Desa ini juga banyak menyerap tenaga kerja, ada 32 usaha pakan ikan dan 60 kepala keluarga yang bekerja.
Didukung teknologi
Dalam proses pembibitan di kolam, Suhaimi juga sudah menggunakan teknologi tepat dan ramah lingkungan. Alat yang diletakan di atas air tersebut berfungsi untuk mengecek kadar air dan pH.
Alat tersebut menggunakan daya berupa solar panel. Trobosan ini dikembangkan oleh Profesor dari Institute Teknologi Bandung (ITB) yang turun langsung ke kampung patin di Kampar.
"Gunanya, kita cukup ngecek pakai aplikasi, ada 8 parameter. Ini kerjasama ITB, kebetulan adiknya ibu Eni (Direktur STP Riau) itu profesor. Teknologi ini baru jalan 3 bulan," ungkapnya.
Menurut Suhaimi, teknologi yang dikembangkan itu sangat membantu sekali, apalagi dalam hal pembenihan ikan patin.
"Jadi kita bisa cek kualitas air, pH nya itu mesti sesuai, 7 sampai 8 lah, dan mesti banyak planton agar patin sehat," katanya.
Kampung Patin binaan PHR
Usaha yang digeluti Suhaimi dan para warga lain juga merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan.
Desa tersebut berhasil meraih berbagai prestasi tingkat nasional melalui program Dukungan Terhadap Desa Wisata di Riau yang dijalankan PHR.
”Pencapaian Desa Wisata Kampung Patin juga merupakan kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau. Kami tengah mejajaki pelaksanaan program serupa di wilayah operasi PHR lainnya di Riau,” ungkap Sonitha Poernomo selaku Manager Corporate Communications PHR WK Rokan pada Kamis (23/12/2021).
Dalam menjalankan program desa wisata, PHR menggandeng Sekolah Tinggi Pariwisata Riau sebagai mitra pelaksana. Dukungan PHR terhadap pengembangan desa wisata di Riau bertujuan membangun keberlanjutan pembangunan desa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pada pertengahan September 2021, Menparekraf Sandiaga Uno berkunjung ke Desa Wisata Kampung Patin tersebut. Beberapa prestasi yang diraih Desa Wisata Kampung Patin di antaranya:
Juara I Nasional untuk Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata di tahun 2020. Kemudian Juara II kategori Souvenir pada Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021 yang ditaja oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Lalu mendapatkan Sertifikasi Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) di tahun 2021, dan memperoleh Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Lembaga Sertifikasi Dewan Desa Wisata Berkelanjutan Indonesia di tahun 2021.
PHR akan mereplikasi best practices (praktik-praktik terbaik) di Kampung Patin untuk destinasi desa wisata.
Setelah membina Desa Koto Masjid, PHR WK Rokan sedang menjajaki Pulau Rupat, Bengkalis, untuk membantu pengembangan wisata bahari di sana dengan target untuk go international.
Pelaksanaan program berdasarkan pemetaan sosial dan juga diselaraskan dengan peta jalan pemerintah provinsi Riau khususnya Dinas Pariwisata baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
Dalam program ini, PHR dan STP Riau melatih dan membimbing masyarakat untuk meningkatkan keterampilan di bidang pemandu wisata, identifikasi potensi objek wisata, penginapan (homestay), suvenir, dan kuliner.
Konsep yang dikembangkan adalah wisata berbasis komunitas (community based tourism/ CBT). Wisata berbasis komunitas ini merupakan konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Program ini berupaya membangun keterampilan komunitas dan menjaga konservasi lingkungan.
Kontributor : Panji Ahmad Syuhada