Kisah Orang Sakai Lulusan S2 Jerman, Hapus Stigma Terasing dan Tertinggal

Yang paling menonjol, adalah Mohamad Agar Kalipke, tokoh Sakai yang mengenyam bangku pendidikan hingga ke Jerman.

Eko Faizin
Senin, 11 Oktober 2021 | 12:06 WIB
Kisah Orang Sakai Lulusan S2 Jerman, Hapus Stigma Terasing dan Tertinggal
Mohamad Agar Kalipke saat menunjukan karya berupa kamus dan pantun yang ditulisnya. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]

"Kuliahnya pertama kali saya sendirian, lama-lama kenal satu dan lain-lainnya. Ada juga di sana kelompok keluarga Islam Indonesia, itu rutin jumpa dan ada kegiatan pengajiannya," tuturnya.

Di jurusan sastra dan bahasa Universitas Hamburg itu, Agar yang memulai pendidikan sekitar tahun 1989, akhirnya selesai pada tahun 2000.

"Tahun 89-90 mulai studinya. Tahun 2000 selesai. Saya termasuk mahasiswa yang lama, karena bahasa asing," ungkapnya.

Setamat S-2 tersebut, Agar ternyata juga melanjutkan studi doktoral di Jerman. Namun karena beberapa kendala, studinya tersebut pun saat ini masih belum tuntas. Bahkan ia juga pernah menjadi dosen bahasa Indonesia di negeri Hitler tersebut.

"Sekarang S-3 berhenti dulu, jika umur masih panjang insyaallah dilanjutkan," ujarnya.

Selama masa-masa pendidikan itu, Agar juga masih tetap membantu kerja-kerja Hans Kalipke, bapak angkatnya tadi. Sesekali, ia juga pulang ke Indonesia untuk melakukan penelitian dan proyek ilmiah bersama-sama.

Dari sisi keluarga, Agar mendapatkan tambatan hati yang merupakan masyarakat asli Melayu dari Kabupaten Siak, Susi Maryeni Kalipke. Wanita itu ditemuinya tahun 2006. Kini Mohamad Agar Kalipke telah dikaruniai seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Hayko Kalipke namanya.

Terakhir, Agar meninggalkan negeri Panzer tersebut pada 2019 akhir dan kembali tinggal menetap di tanah air.

Kepulangannya itu pun bukan tanpa sebab, karena, salah satu orang paling berjasa dalam hidupnya itu mesti lebih dulu berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa.

"Orang tua angkat sudah tidak ada lagi, jadi saya mikir, sudahlah, ada ilmu ini saya manfaatkan (untuk kembali ke Indonesia, red)," tuturnya.

Namun, sebelum wafat, orang tua angkat Agar Kalipke berpesan dan memberikan wasilah agar menjaga 5 hal. Salah satunya yaitu menjaga hubungan baik dengan tokoh Riau, Profesor dr Tabrani Rab yang merupakan sahabat dekat Hans Kalipke.

"Kemudian bapak angkat saya itu minta agar kultur budaya Sakai dibangun, dipertahankan dan dibangkitkan. Lalu kehidupan keluarga kami agar tidak berlebihan, artinya jangan berlebih-lebihan dalam suatu hal," ungkapnya mengenang.

Hans Kalipke, Ilmuwan asal Jerman yang banyak berjasa bagi Agar dan mengenalkan suku Sakai hingga ke luar Nusantara ini meninggal pada tahun 2018 lantaran sakit. Sejak itu, Agar dan keluarga memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.

Penulis Kamus Sakai-Jerman-Indonesia
Selain menimba ilmu, Mohamad Agar Kalipke ternyata juga aktif menulis beberapa buku dan karya ilmiah. Yang paling terkenal, karyanya berupa kamus Sakai-Jerman-Indonesia (2001) dan Pantun Melayu dan Sakai (2008).

Di samping itu, Agar juga pernah mengabdi sebagai dosen pengajar bahasa Indonesia di Jerman. Pengalaman dan ilmu yang didapatnya selama berkelana 37 tahun di sana dimanfaatkannya untuk ditularkan bagi generasi penerus. Cita-citanya, generasi muda Sakai di tanah Melayu ini punya potensi dan minat yang kuat untuk maju.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini