Masyarakat suku Sakai dalam tradisinya hingga kini juga masih menggunakan metode pengobatan dan ramuan tradisional. Aspek-aspek alam dimanfaatkan sebagai pendukung keberadaan kelompok masyarakat ini.
Yang paling sering digunakan, bagi anak-anak yang sakit, warga Sakai biasanya membuat ramuan untuk mengobati yang dinamakan sakat. Sakat ini terbuat dari rempah dan berasal dari tumbuhan yang menjalar, namun bukan parasit atau benalu. Biasanya, tumbuhan itu hidup di pepohonan tua.
![Potret rumah adat suku Sakai masa lampau yang dipajang di dinding rumah adat suku Sakai. [Is]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/14/81210-foto-asli-rumah-suku-sakai.jpg)
"Kalau obat-obatan, untuk panas dingin, malaria dan sebagainya, itu diambil dari daun sakek atau biasa disebut sakat," kata Agar.
Lalu teknik pengobatan lain yang masih mengandalkan rempah masih banyak lagi, utamanya hal ini digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh. Bahkan, di tengah pandemi Covid-19 sekalipun, masyarakat adat suku Sakai modern masih mengandalkan ramuan-ramuan tradisional dan herbal.
"Sekarang yang berkait dengan Covid-19, masyarakat Sakai pakai cara pengobatan betangeh, atau bahasa modern-nya kita kenal dengan sebutan sauna," katanya.
Dalam pengobatan tradisional betangeh itu, warga Sakai mengandalkan kayu, rempah dan dedaunan yang kemudian direbus.
"Seperti mandi uap. Pilek, batuk, kurang enak badan bisa pakai pengobatan ini," tutur Agar Kalipke.
Di samping kekayaan tradisi hasil hutan itu, kebudayaan masyarakat suku Sakai juga bercorak agraris, ini ditandai dengan alat-alat yang berfungsi sebagai alat pertanian seperti gegalung galo. Alat itu terbuat dari bambu dan batang pepohonan yang berfungsi sebagai alat penjepit makanan khas ubi mangalo untuk diambil sari patinya.
Suku Sakai juga memproduksi pakaian yang bahannya seratus persen terbuat dari alam. Pakaian orang-orang suku ini dahulu ketika masih hidup dalam sistem nomaden terbuat dari kulit kayu. Pakaian inilah yang digunakan orang Sakai untuk bertahan hidup selama berpindah-pindah tempat di belantara.
Damar dan teknik pengobatan Dikei
Masyarakat suku Sakai sejak dahulu mengenal tradisi pengobatan tradisional dari alam, sebab penghidupan mereka disokong oleh keberadaan hutan. Bahkan di era modern kini, metode pengobatan yang disebut dikei di wilayah perbathinan Sakai masih tetap lestari.