Upaya Sakai Jaga Rempah Tetap Berlimpah di Tengah Hutan Adat Makin 'Terjajah'

Masyarakat suku Sakai, masih memanfaatkan hutan sebagai sumber harapan.

Eko Faizin
Rabu, 15 September 2021 | 08:15 WIB
Upaya Sakai Jaga Rempah Tetap Berlimpah di Tengah Hutan Adat Makin 'Terjajah'
Peringatan jangan buang sampah sembarangan di hutan Adat suku Sakai Bathin Sobanga. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]

Masyarakat adat Sakai tersebut, awal 2021 lalu kembali berusaha untuk mendapatkan pengakuan hutan adat, mereka menyampaikan hajat itu ke Lembaga Adat Melayu atau LAM Riau, kemudian Pemprov Riau agar diteruskan ke Pemerintah Pusat.

Tujuannya supaya hutan yang tinggal sedikit itu tetap bisa dipertahankan dengan skema adat hingga bisa diwariskan ke generasi Sakai mendatang. Atau ringkasnya; adanya pengakuan hutan adat oleh negara.

Bagi Agar Kalipke, yang merupakan lulusan magister sastra dan bahasa Universitas Hamburg, Jerman ini, kelestarian hutan dan seisinya mesti terus dijaga. Termasuk juga tradisi dan budaya komunitas masyarakat ini.

Sebagai upaya dasar, Agar juga menanam pohon-pohon tua yang bibitnya sengaja diambil dari hutan adat untuk ditanami di pekarangan rumahnya. Ini sebagai upaya pelestarian alam yang semakin terkikis habis.

Cendikiawan Sakai, Mohamad Agar Kalipke saat menunjukan salah satu pohon hutan yang ditanami di pekarangan rumahnya. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]
Cendikiawan Sakai, Mohamad Agar Kalipke saat menunjukan salah satu pohon hutan yang ditanami di pekarangan rumahnya. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]

"Jadi, hutan itu adalah supermarket dan apotek kita. Itu jelas dan tak perlu diterangkan lagi ya, karena dari hutan itu kita ada rempah-rempah, sayuran, umbian, rotan, palem, kluno atau ubi. Dulu kita itu tak kenal namanya beras, makanan pokoknya itu ubi," ungkapnya.

Berkisar 30 hingga 40 tahun ke belakang, Agar Kalipke mengungkapkan bahwa di hutan itu semuanya ada. Masyarakat Sakai identik dengan alam, segalanya berasal dari alam. Apalagi soal rempah dan tanaman herbal yang menjadi andalan pengobatan.

Di hutan-hutan yang dulunya membentang kawasan perbathinan Sakai, masyarakatnya mengenal banyak rempah, mulai dari asam kandis, bawang putih kulip, jahe, serai, kunyit, asam komang hingga damar dan kayu manis.

Rempah hasil alam tersebut sering dijadikan sebagai bahan pengobatan hingga bumbu masakan bagi mereka. Bahkan makanan khas suku Sakai sendiri merupakan dari hasil hutan, ubi mangalo, sejenis ubi racun yang mampu diolah menjadi sumber makanan.

Kemudian, panganan hasil alam lain dari hutan yaitu taeh atau sejenis mangga tapi asam, lalu kedumpa atau rambutan hutan, idat, puih, pelasa, tampui, dan ada buah yang pohonnya akar, biasa masyarakat Sakai menyebutnya otol.

Tumbuhan tradisional ini sebagian besar merupakan jenis rempah, ada juga yang tidak. Namun semua dapat dimanfaatkan masyarakat Sakai menjadi berguna.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini