Kisah Pria Pekanbaru Bisnis Minyak Jelantah Diekspor ke Italia dan Belanda

Limbah minyak jelantah tersebut dikumpulkan dari pemakaian rumah tangga, kebutuhan restoran dan UMKM.

Eko Faizin
Minggu, 29 Agustus 2021 | 08:00 WIB
Kisah Pria Pekanbaru Bisnis Minyak Jelantah Diekspor ke Italia dan Belanda
Para pemuda di Pekanbaru membuat usaha minyak jelantah hingga bisa diekspor ke luar negeri. [Dok mediacenterriau]

SuaraRiau.id - Minyak jelantah dipandang sebagian besar orang sebagai limbah yang tak bisa digunakan lagi. Namun, di tangan sekelompok pemuda asal Pekanbaru, minyak goreng bekas ini bernilai ekonomis tinggi.

Para pemuda yang tergabung dalam CV Arah Baru Sejahtera ini memanfaatkan minyak jelantah menjadi pundi-pundi uang, bahkan sampai diekspor ke luar negeri untuk diolah menjadi biodiesel.

Limbah minyak jelantah tersebut dikumpulkan dari pemakaian rumah tangga, kebutuhan restoran dan UMKM yang meliputi minyak sawit dan segala minyak goreng lainnya.

M Rizky Ramadhan, pria asal Pekanbaru yang merupakan pimpinan CV Arah Baru Sejahtera, mengungkapkan awal perjalanan bisnis limbah minyak jelantah tersebut.

Ia bersama rekan-rekannya membuat bisnis ini karena rasa pedulinya terhadap lingkungan kurang terjaga dari limbah minyak jelantah. Tak hanya itu, kehadiran bisnis minyak bekas ini juga wujud peduli kesehatan.

Banyak pelaku UMKM, kata dia, yang berbahan dasar dari minyak goreng, takutnya daripada dibuang atau disalah gunakan yang membahayakan kesehatan bisa dikumpulkan dan dijual kembali.

"Kita peduli lingkungan sekaligus peduli kesehatan, kita hadirkan program Bank Jelantah membantu masyarakat dan pelaku usaha dari pada dibuang bisa dijual lagi bisa juga ditukar dengan sembako, emas atau uang," ujar Rizki, Sabtu (28/8/2021).

Ia mengungkapkan, untuk mengumpulkan minyak jelantah ini, mereka mendirikan Bank Jelantah yang mitranya sudah ada di kabupaten/kota di Riau.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menjual minyak bekasnya. Rizki menuturkan bahwa minyak jelantah setelah dikumpulkan dari para supplier, akan difilter dan dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu.

Setelah spesifikasinya cocok dengan permintaan perusahaan luar negeri, baru kemudian diekspor.

Menurutnya, masing-masing negara tujuan ekspor memiliki spesifikasi tersendiri untuk minyak jelantah tersebut. Adapun pihaknya mengekspor minyak bekas ini tergantung cocok tidaknya spesifikasi dari negara mana.

"Kita ekspor kadang ke Singapura, ada juga sampai ke Italia dan Amsterdam (Belanda, red). Tergantung spesifikasi apa yang mereka butuhkan, dan kita adanya apa, itu diuji dulu di laboratorium yang biasanya kami bekerja sama dengan Politeknik Kampar," ungkapnya.

Sebetulnya minyak jelantah ini tidak hanya bisa diolah sebagai biodiesel, tetapi juga bisa diolah menjadi lilin, sabun dan lain sebagainya. Alasan pihaknya mengekspor untuk biodiesel, karena menurutnya biodiesel menjadi salah satu olahan yang menjanjikan karena merupakan energi terbarukan.

"Di luar negeri orang sudah menggunakan biodiesel, karena lebih ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan," sebutnya.

Rizky mengaku, bisnis yang ia mulai sejak tahun 2018 lalu dan mulai berbadan hukum pada tahun 2019 ini tidak berjalan mulus begitu saja. Bahkan ia juga sempat beberapa kali ditipu oleh supplier yang berbuat curang karena mencampur minyak jelantah dengan oli atau lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini