SuaraRiau.id - Pro kontra soal pertanyaan seleksi tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kini terus bergulir.
TWK pegawai KPK memang menjadi kontroversi karena dinilai sebagai upaya menyingkirkan sejumlah pegawai KPK yang memiliki integritas dalam memberantas korupsi.
Hal ini terlihat dari 75 pegawai KPK yang tidak lolos TWK dan dinonaktifkan. Tak sampai di situ, TWK juga dinilai mengandung banyak pertanyaan yang tidak relevan dengan pemberantasan korupsi.
Salah satunya adalah pegawai KPK harus menjawab pertanyaan memilih Pancasila atau Alquran dalam TWK.
Politikus PDI Perjuangan Kapitra Ampera dalam sebuah kesempatan di acara Mata Najwa ditantang menjawab pertanyaan TWK tersebut.
Kapitra Ampera diminta menjawab pilihan Pancasila atau Alquran seperti yang ada di TWK pegawai KPK.
Tayangan berjudul KPK Atas Nama Pancasila pada Rabu (2/6/2021) diunggah di YouTube Najwa Shihab pada Kamis (3/6/2021).
Najwa Shihab menantang Kapitra yang hadir dalam kesempatan itu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Kapitra pun menjawab ia tidak akan mempertentangkan jika menjadi pegawai KPK dan mendapatkan pertanyaan itu.
"Saya? Beda lagi, karena saya bukan orang yang ditanya. Kalau umpamanya saya pegawai KPK, saya ditanya, saya tidak memertentangkan," ujar Kapitra dalam video dikutip dari Klikpositif.com--jaringan Suara.com, Kamis (3/6/2021).
Lebih lanjut Kapitra mengatakan dirinya akan memilih satu jawaban dari kedua pilihan tersebut yang dinilai paling benar.
Kalau saya pilih Alquran otomatis saya sudah menjalankan Pancasila karena itu produk dari ulama. Tapi kalau saya disuruh memilih saya akan memilih satu pilihan yang akan membawa yang lain jadi pilihan," jawabnya.
Mendengar itu, Najwa Shihab langsung membantah jawaban Kapitra. Menurutnya, pegawai KPK yang dinonaktifkan juga memiliki kedua pilihan tersebut namun tetap dipaksa memilih salah satu jawaban.
"Dan jawaban itu menurut pengakuan pegawai KPK , ketika dia menjawab dua-duanya dia dipaksa memilih salah satu. Ketika dia menjawab Al Quran, entah karena pertanyaan ini atau yang lain, yang jelas dia masuk daftar 75 yang tidak lolos TWK," beber Najwa.
Kapitra hanya bisa menjawab jika TWK juga didesain untuk menguji tingkat intelektual pegawai KPK dalam menjawab pertanyaan itu. Menurutnya, psikologi pegawai KPK akan diuji lewat pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
"Jadi di situlah intelektualitas dia untuk keluar dari kemelut. Psikologi orang diuji di situ, ketika dia berada di lingkungan tidak mengenakkan dia bisa keluar enggak? Sebagai pemenang disitu. Ternyata kan tidak," terang Kapitra.
Najwa Shihab sendiri tidak puas dengan jawaban Kapitra. Ia lantas memberikan sindiran menohok mana pegawai yang bisa lolos TWK, apakah menjawab Alquran atau Pancasila.
"Jadi yang menang yang pilih Alquran atau Pancasila nih?," tanya Najwa Shihab sambil tertawa.
Kapitra menjelaskan pastinya ada maksud dari pertanyaan tersebut. Salah satunya adalah untuk menggali psikologi pegawai KPK yang mengikuti TWK.
"Kita kan tidak tahu apa maksud menanyakan itu. Apakah dia ingin menggali psikologi seseorang ketika dia berhadapan dengan hal yang tidak menyenangkan. Bisakah dia memilah antara tugas profesi dan tugas pribadi. Kita kan tidak tahu," jawab Kapitra.