Setelah sampel diambil, dana dari buyer melalui AS pun mengalir melalui rekening ketua poktan sebesar Rp 25 juta yang selanjutnya dibagi-bagikannya, antara lain kepada, pihak ormas (AN) Rp 10 juta, AW (oknum Kades) Rp 5 juta dan SF Rp 3 juta.
“Sisanya untuk akomodasi dan makan-makan selama di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran. Saat pembagian uang di rumah AW tersebut, semua yang ada disana menyaksikan antara lain, yaitu, AN (ormas), AW, TM, JT, SF, AS dan BO,” terang Kapolres.
Ditambahkannya, dalam surat perjanjian antara kelompok tani dengan pihak pembeli (buyer) diketahui bahwa poktan akan mendapat fee atas pembelian Minyak Kolam (Miko) tersebut dari pembeli sebesar Rp 800 per kilogram.
Selain itu juga ada kesepakatan tidak tertulis bahwa pihak ormas akan mendapat fee dari uang fee kelompok tani tadi sejumlah Rp 100 perkilogram (1 liter = 1,5 kg).
Untuk diketahui, sebelumnya Polres Inhil berhasil mengungkap adanya aksi premanisme dalam permasalahan bagi hasil miko antara PT TH Indo plantations (THIP) dengan kelompok tani (Poktan) Sinar Usaha Maju (SUM) Pelangiran.
Aksi yang mengatasnamakan masyarakat oleh oknum kepala desa (kades) bersama oknum kelompok tani dan ormas ini akhirnya dilaporkan oleh PT THIP Pelangiran.
Atas laporan pihak perusahaan pada tanggal 19 Maret 2021 tersebut, Polres Inhil juga telah mengamankan 5 orang pelaku antara lain, yaitu, AN (37) seorang panglima ormas di Inhil, BO (48) selaku Ketua kelompok tani, AW (48) oknum kades, JT (34) selaku bendahara ormas serta TM (52) selaku anggota kelompok tani.
Kontributor : Panji Ahmad Syuhada