Dia dan Riski juga pernah tampil dalam Festival Seni Tradisi se-ASEAN pada 10-14 Desember 2018 di Pekanbaru.
Artinya, meski masa kecil keduanya dilalui tanpa ayah, namun mereka mampu melewatinya dengan optimis yang tinggi dengan menggali potensi diri.
Sebenarnya Rido dan Riski punya seorang abang bernama Muhamad Arif yang kini bekerja sebagai opas di Istana Asserayah Alhasyimiah.
Berbakti pada sang ibu
Ketiganya melalui hidup dengan orangtua tunggal. Situasi itu membuat ketiganya bersatu, dan bertekad tidak boleh membantah dan selalu memberikan yang terbaik untuk sang bunda.
“Kami hanya punya ibu, jadi kami harus menjaganya. Kami tidak ingin sampai ibu risau apa lagi sedih. Kami ingin melihatnya selalu gembira,” ungkap Rido.
Hal itu pula membuat merela rela bekerja apa saja untuk sang ibu. Asalkan semua berjalan baik baik saja.
Sebagai penampil, uang Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu, bukan menjadi tujuan utama. Namun, bagaimana seni dan budaya Siak bisa dikenal, dikenang dan tetap lestari.
Bahkan kenyataan hidup harus menjadi badut untuk membantu ibu, rela dilalui meski berbanding terbaik dengan gemerlapnya sorot lampu dan cahaya serta tepuk tangan hadirin saat berada dipanggung.
“Dengan segala keterbatasan, ke depan kami ingin punya sanggar sendiri, kami ingin menjadikan seni dan budaya semakin dikenal dan dicintai oleh generasi berikutnya,” ucap Rido.
Ketika ditanya kepada Yusna, tentang putra kembarnya, dia tak bisa membendung keharuan.
Disebutkannya, keduanya begitu penurut, tidak pernah menyusahkan. Bahkan keduanya begitu sabar tidak memiliki ponsel android hingga tamat SMK.
Setelah tamat, dan keduanya bisa bekerja serabutan, jika tidak tampil, barulah keduanya bisa kredit ponsel android.
Ketika hal itu ditanya kepada Riski. Sambil tersenyum, Riski berucap, meski hanya punya 'hape senter', namun tetap percaya diri.
Hanya yang menjadi kendala, saat tampil di event besar. Perlu usaha maksimal untuk mendapatkan foto dan video. Jika sudah berhasil menemukan orang yang punya foto dan video, menurutnya barulah dikirim ke ponsel Arif, abang mereka.
“Sungkan sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi. Yang terpenting kami tidak rendah diri atas keadaan ini dan selalu bersyukur,” sebut Riski.