SuaraRiau.id - Tol Pekanbaru-Dumai telah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jumat (25/9/2020) lalu.
Dibukanya Tol Pekanbaru-Dumai tersebut dapat membantu petani sawit menghemat ongkos berkebun. Hal itu dikatakan Ketua asosiasi petani Sawit Masa Depanku (Samade), Tolen Kateren.
Menurut Tolen infrastruktur tersebut dapat mengurangi biaya pupuk, komponen penting dalam usaha pertanian.
"Petani sawit itu kan harapannya cuma dua, tandan buah segar mahal dan pupuk murah. Selama ini biaya yang dikeluarkan untuk pupuk cukup memberatkan," sebutnya kepada Suara.com, Minggu (27/9/2020).
Tolen merinci, setiap satu batang kelapa sawit membutuhkan lebih kurang 6 kilo pupuk, yang terdiri dari berbagai macam pupuk, salah satunya pupuk urea.
"Sebelum tol, harga pupuk urea lebih kurang Rp 5.100 per kilogram. Karena sekarang ada tol, kita asumsikan berkurang Rp 100 saja, itu sudah sangat membantu karena pupuk yang dibutuhkan tidak satu jenis," ungkapnya.
Sebagai gambaran, harga eceran tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk 1 kilogram pupuk urea senilai Rp 1.800. Adapun, besaran harga Rp 5.100 per kilogram yang sampai ke tangan petani, jelas Tolen, turut dipengaruhi faktor transportasi.
"Rutenya, pupuk itu masuk ke Dumai, kemudian masuk ke Pekanbaru, itu membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam. Dan Itu hanya sampai Pekanbaru yang bukan sentra Sawit di Riau, ada perjalanan selanjutnya yang memakan waktu berjam-jam menuju daerah sentra sawit. Kini dengan adanya tol Pekanbaru-Dumai, jarak yang ditempuh tentu semakin berkurang, dan ada ongkos yang berkurang," imbuhnya.
Sebut Tolen, lancarnya mobilitas menuju Kota Dumai (kota pelabuhan) bukan hanya berdampak sebatas berkurangnya harga pupuk. Dampak yang lebih luas adalah pengangkutan minyak sawit menjadi lebih cepat.
"Karena, hampir semua pemain utama di industri kelapa sawit di Riau dan Indonesia pada umumnya, menjadikan Dumai sebagai tujuan akhir dari kebun-kebun yang ada di Riau. Beberapa perusahaan, seperti Wilmar dan Musim Mas, bahkan punya pelabuhan sendiri," katanya.
Riau sendiri memikul status sebagai provinsi dengan luas kebun sawit terbesar di Indonesia yang mencapai 2,74 juta hektar pada 2018, dengan produksi kelapa sawitnya sebanyak 8,59 juta ton (versi BPS).
Sementara data dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau menyebut produksi minyak sawit Riau menembus 8 juta ton atau berkontribusi sebesar 24,66 persen terhadap total produksi minyak sawit di Indonesia.
Kontributor: Satria Kurnia