Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 04 Agustus 2022 | 20:43 WIB
Panorama sunset di Tepian Batang Mandau Bengkalis yang dulunya merupakan pendaratan pertama kapal ekplorasi minyak bumi. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]

Hasil dari kegiatan penyelidikan geologi pada tahun 1936 dan 1937 memberikan keyakinan bagi pihak NPPM, bahwa cadangan minyak di Riau (Sumatera Tengah, red) letaknya lebih ke selatan.

Akhirnya NPPM meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah daerah kerjanya sehingga berbentuk seperti seekor kangguru menghadap ke barat. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya NPPM giat melakukan kegiatan penelitian geologik, geofisik serta melakukan pengeboran sumur di wilayah kerjanya.

Sejak tahun 1937 sampai dengan 1941 telah dilakukan penelitian seismik dengan luas 4.012 kilometer, termasuk melakukan pengeboran dengan sistem counterflush sebanyak 34 sumur pada lokasi yang berbeda-beda.

Menjelang kemerdekaan Republik Indonesia terdapat dua perusahaan besar minyak asing yang beroperasi di wilayah Riau (Sumatera Tengah, red). Perusahaan pertama adalah NV. SVPM, yang kemudian dikenal STANVAC, yang merupakan gabungan antara perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) dengan Standard Oil of New Jersey pada tahun 1933.

Kelompok ini beroperasi di Riau atau tepatnya sekitar Lirik. Sedangkan perusahaan lainnya adalah NV Caltex Pacific Petroleum Maatschappij yang merupakan gabungan usaha antara NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) dengan Texas Oil Company (TEXACO) pada tahun 1936. Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah (Blok Rokan, Sebanga, Duri, Minas).

Kontributor : Panji Ahmad Syuhada

Load More