Dikha Anak Pacu Jalur Digelari Duta Pariwisata, Bercita-cita Jadi Tentara

Dikha pun tak menyangka jika dirinya saat ini menjadi pusat perhatian.

Eko Faizin
Rabu, 09 Juli 2025 | 14:40 WIB
Dikha Anak Pacu Jalur Digelari Duta Pariwisata, Bercita-cita Jadi Tentara
Dikha Anak Pacu Jalur Digelari Duta Pariwisata, Bercita-cita Jadi Tentara [Humas Pemprov Riau]

SuaraRiau.id - Anak Pacu Jalur Kuantan Singingi (Kuansing), Rayyan Arkan Dikha dinobatkan sebagai Duta Pariwisata Riau dan diberikan beasiswa pendidikan.

Penobatan tersebut seiring dengan peran Dikha dengan gerakan Aura Farming yang kemudian viral di media sosial hingga saat ini.

Gubernur Riau Abdul Wahid memuji dedikasi Dikha yang menyebutnya sebagai bukti bahwa budaya Riau tetap hidup di hati generasi muda.

Dikha pun tak menyangka jika dirinya saat ini menjadi pusat perhatian dan bisa bertemu langsung dengan orang nomor satu di Riau, Gubernur Abdul Wahid.

Baca Juga:Pacu Jalur Mendunia, Gubri Wahid Berterima Kasih ke Konten Kreator

"Wah saya senang diapresiasi jadi Duta Pariwisata Riau," ungkap Dikha, Selasa (8/7/2025).

Tak hanya diundang Pemprov Riau, bocah penari Pacu Jalur yang disebut Anak Coki itu dikabarkan juga berkesempatan menemui Menteri Pariwisata.

Sepertinya ini merupakan hasil kerja keras Dikha selama dua tahun belakangan.

"Saya menjadi Anak Coki Pacu Jalur sejak dari usia 9 tahun," ujar dia.

Sebagai Anak Coki, tugas Dikha tidak sembarangan. Selain menjadi penari, ia harus menjaga keseimbangan di atas perahu panjang yang bergoyang kencang saat didayung puluhan anak jalur.

Baca Juga:Aura Farming Viral, Kunjungan Wisatawan ke Festival Pacu Jalur Diprediksi Meningkat

Selama berlomba, Dikha harus tetap berdiri di ujung perahu sambil menggoyangkan tubuh.

Hal tersebutlah yang pusat perhatian penonton saat Festival Pacu Jalur berlangsung.

"Hal yang susah untuk menari di atas perahu itu tentunya mengimbangkan badan. Saya belajar sendiri secara otodidak," ungkap Dika.

Saat ditanya soal masa depan, jawabannya pun mengundang senyum banyak orang.

"Cita-cita ingin menjadi tentara, dan kalau bisa juga menjadi Gubernur," tuturnya.

Pembuatan pacu jalur

Perahu ini dikenal kokoh, ramping, dan memiliki nilai seni tinggi. Karena itu, saat berpacu, jalur tidak mudah pecah, meluncur cepat, dan enak dipandang.

Melansir Antara, pembuatan jalur membutuhkan waktu dan proses panjang yang melibatkan banyak pihak. Prosesnya dimulai dari musyawarah kampung yang melibatkan pemuka adat, tokoh masyarakat, pemuda, dan kaum ibu.

Rapat yang dipimpin pemimpin adat ini bertujuan untuk menyepakati pembuatan jalur baru serta menentukan tahapan selanjutnya.

Tahap berikutnya adalah memilih batang kayu yang sesuai. Kayu pilihan umumnya berasal dari jenis banio, kulim kuyiang, atau jenis lain yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.

Kayu yang dicari harus lurus dengan panjang 25-30 meter, diameter 1-2 meter, dan diyakini dihuni mambang, yakni roh penjaga pohon.

Pemilihan kayu ini tak bisa sembarangan, karena jalur nantinya harus mampu menampung 40 hingga 60 orang pendayung.

Seorang pawang berperan penting dalam prosesi ini, termasuk memimpin ritual semah agar pohon tidak 'hilang' secara gaib.

Setelah itu, pohon ditebang menggunakan kapak dan beliung, lalu dahan dan rantingnya dipisahkan.

Kayu yang sudah bersih dipotong ujungnya sesuai ukuran jalur, kemudian kulitnya dikupas dan diberi pembagian untuk haluan, badan, dan bagian-bagian penting lainnya.

Selanjutnya, proses perataan bagian atas kayu (pendadan) dilakukan, dilanjutkan dengan pengerukan bagian dalam hingga ketebalan-nya merata (mencaruk).

Bagian sisi atas kayu pun diperhalus, membentuk bibir perahu agar tampil ramping dan seimbang.

Proses membalikkan kayu (manggaliak) dilakukan hati-hati agar bentuk dan ketebalan tetap seimbang. Pengukuran ketebalan menggunakan lubang kecil yang nantinya ditutup pasak.

Setelah bagian luar selesai, jalur dikembalikan ke posisi semula untuk dibentuk haluan dan kemudinya.

Jalur yang hampir jadi kemudian ditarik bersama-sama ke kampung dalam sebuah tradisi gotong royong yang dikenal dengan maelo jalur, sebuah prosesi penting yang mempererat persatuan warga.

Di kampung, jalur dihaluskan lagi, dihias dengan ukiran khas, dan diasapi untuk memperkuat kayu.

Proses pembuatan jalur ditutup dengan penurunan perahu ke sungai melalui upacara adat, menandai selesainya seluruh rangkaian pembuatan jalur yang penuh nilai budaya dan kebersamaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini