Sejak usia 6 tahun, Iwan Fatah sudah menjalani hidup yang sulit. Keluarganya harus kehilangan ayah dan meninggalkan 6 orang anak yang kecil-kecil.
Iwan merupakan anak keempat dari enam saudara. Sang ibu hanyalah seorang pedagang kain dari rumah ke rumah, tidak memiliki kios apalagi toko kain.
Pada tahun 2005, Iwan kembali ke Pekanbaru dan mencoba belajar menjadi seorang pengusaha kontruksi.
Di awal-awal kariernya, dia hanya mendapat nilai kontrak nilai Rp150 juta dari Dinas PU Kota Pekanbaru. Saat itu, Iwan membuka perusahaan dengan nama CV Shapa Abadi pada tahun 2005.
Baca Juga:Defisit APBD Riau Tahun Ini Tercatat Rp132 Miliar tapi Berpotensi Jadi Rp3,5 Triliun
Iwan ketika itu masuk sebagai anggota Gabungan Pengusaha Kontruksi (Gapensi) Riau meski baru membuka usaha 6 bulan.
Pada awal-awal masuk Gapensi, Iwan mengaku langsung dirangkul dan diajak menjadi pengurusnya dengan diberi jabatan struktur paling bawah.
Lima tahun kemudian, Gapensi menggelar Musda di Dumai dan berhasil terpilih menjadi Sekretaris Umum.
Asal-usul nama 'Fatah'
Nama panggilan 'Fatah' ternyata punya cerita tersendiri bagi Parisman Ihwan. Semua berawal dari dirinya yang meminjam motor temannya ketika remaja.
Baca Juga:Rekam Jejak Abdul Wahid, Gubernur Riau yang 'Galau' Hadapi Defisit Anggaran 2025
Namun, Iwan memakai motor pinjamannya tersebut untuk ugal-ugalan di Jalan Diponegoro Pekanbaru. Suatu saat, dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan tangan sebelah kiri patah.
Akan tetapi, kondisi patah tangan tak menghentikan jiwa mudanya sebagai pembalap jalanan. Kader Golkar tersebut tetap memakai moto walau hanya mengandalkan tangan kanan saja karena tangan kiri nya di-gibs.
Kondisi tersebut kemudian membuat jatuh lagi dan kedua tangannya patah. Sejak itulah dia dipanggil Iwan Fatah.