SuaraRiau.id - Kota Pekanbaru genap berusia 240 tahun pada hari ini Minggu 23 Juni 2024. Siapa sangka, Ibu Kota Provinsi Riau yang terletak di tepian Sungai Siak awalnya merupakan sebuah kota kecil.
Daerah ini memiliki pasar atau disebut pula Pekan bernama Payung Sekaki atau Senapelan. Sekitar abad ke-18, wilayah yang kini menjadi Pekanbaru ini berada pada lingkar pengaruh Kesultanan Siak, dan Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah atau dikenal pula Marhum Pekan, secara luas dianggap sebagai pendiri Kota Pekanbaru modern.
Salah satu saksi bisu sejarah Pekanbaru ialah situs terminal yang tersisa hanya dinding beratap dari batu. Bangunan tersebut terletak di Kampung Bandar Senapelan.
Terminal ini terletak dibawah Jembatan Siak III berwarna kuning dengan panjang total 520 meter dan panjang bentang 170 meter.
Baca Juga:Berhadiah Mobil, Ribuan Orang Ikuti Lomba Mancing Festival Sungai Siak
Jembatan ini merupakan satu-satunya sarana penyeberangan di era 1950 hingga 1970-an yang meghubungkan wilayah Senapelan dan Rumbai melalui Sungai Siak.
Menyadur laman kemendikbud.go.id, jembatan ini dilengkapi dengan fasilitas sebuah terminal oplet (mobil angkutan darat) dan halte terminal dimana halte ini digunakan sebagai tempat persinggahan bagi para penyeberang.
Jembatan tersebut awalnya disebut Jembatan Leighton yang kemudian bernama Jembatan Siak l Pekanbaru diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 April 1977. Sejak itu, terminal transit bagi para pengguna angkutan kota (angkot) Pekanbaru tempo dulu ini sudah tidak berfungsi lagi.
Akhir 2013, Pemprov Riau mengubah bekas terminal lama itu menjadi sebuah taman di tepian Sungai Siak tanpa mengusik keberadaan bekas tempat duduk penumpang Terminal Boom Baru tersebut.
Kawasan Tapak Terminal Lama Boom Baru tersebut saat ini menjadi area taman di bawah Jembatan Siak 3 Pekanbaru. Sedangkan halte terminal masih ada dan terus dirawat. Tahun 2017 ini halte di cat menjadi warna Biru dikarenakan disekitar Halte dibangun taman.
Baca Juga:Anggotanya Peras Warga, Kasatpol PP Pekanbaru Minta Maaf dan Kembalikan Uang
Tak jauh dari situs terminal, terdapat juga bangunan bersejarah lainnya yakni Rumah Singgah Tuan Kadi Kerajaan Siak H Zakaria. Bangunan ini terdapat sekitar 20 m dari pinggir Sungai Siak (tepatnya di bawah Jembatan Siak 3 sekarang).
Secara umum bangunan berbahan jenis kayu, kecuali bagian tangga (pada sisi timur bangunan) yang terbuat dari bata berspesi. Bangunan ini merupakan rumah adat tradisional melayu yang masih tersisas di Kota Pekanbaru.
Peninggalan sejarah tersebut berupa rumah panggung yang berdasarkan keterangan H Syahril Rais dibangun pada tahun 1895 oleh oleh H Nurdin Putih, mertuanya Tuan Kadi.
Sedangkan bagian tangga berdasarkan inskripsi yang terdapat pada tiang dibangun pada 23 Juli 1928. Tanggal tersebut menandakan waktu pemugaran rumah H Nurdin Putih.
Keberadaan Rumah Tuan Kadi Kerajaan Siak H Zakaria tidak terlepas dari sejarah panjang perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Dalam perkembangannya wilayah Senapelan (Pekanbaru) pernah menjadi Ibukota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini terjadi pada masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sekitar tahun 1775.
Dengan berbagai pertimbangan seperti ekonomi dan politik yang berkembang di wilayah Riau pada saat itu beliau memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke Senapelan.
Berdasarkan keterangan dari berbagai narasumber Tengku M Thoha, H Syahril Rais, Anas Aismana, bangunan tersebut merupakan rumah singgah bagi Sultan Siak Sri Indrapura apabila beliau berkunjung ke Senapelan (Pekanbaru) ketika itu.