Kondisi terparah dan juga menjadi sorotan adalah kondisi Jalan Lintas Timur (Jalintim) KM 83 di Desa Kemang Pangkalan Kuras Pelalawan. Jalan itu hingga kini masih menyisakan banyak cerita mulai dari macet, banjir berarus kencang hingga terperosoknya sejumlah kendaraan yang memaksakan diri menerobos.
Tak hanya itu, salah satu bukti lainnya banjir terparah karena menutup semua jalan darat ke Desa Kuala Tolam, Desan Ransang dan Desa Sungai Ara sehingga mengakibatkan tiga desa itu nyaris terisolir. Sehingga melewati Sungai Kampar jadi satu-satunya pilihan.
Cerita Bripka Dendi belum usai, pasalnya hingga semua proses pemilu selesai Bripka Dendi diwajibakan langsung melekat dengan lokasi penyimpanan untuk pengamanan surat suara yaitu di kantor desa setempat.
Di sana, ia dan petugas KPPS lainnya sejak H-2 hingga H+2 bersiaga menjaga logistik Pemilu. Ia dan tim harus menjaga penuh hingga akhirnya dikembalikan lagi ke kantor PPK di Lalang Kabung Pelalawan.
Pada saat itulah Bripka Dendi mengaku sangat merindukan keluarga kecilnya. Beruntung teknologi semakin canggih, berkat telepon genggam ia bisa melepas sedikit rindunya.
Di tengah perjalanan yang menantang itu, terselip pengalaman yang unik. Bripka Dendi bercerita lagi bahwa saat itu waktu salat masuk, logistik harus diantar secara estafet lewat sungai yang lebih kecil.
Saat waktu salat zuhur itu masuk, setelah suara azan menggema dilangit Pelalawan itu, ia dan tim bergegas melaksanakan salat.
Pemandangan tak biasa pun terlihat, ada yang solat menggunakan terpal penutup logistik dan ada pula yang bersujud dan berdoa disalah satu sudut pompong tersebut.
Melihat perjuangan Bripka Dendi dan tim pemulis teringat pesan yang disampaikan Ustad Das'ad Latif yang berpesan agar dalam bertugas selalu mengingat Allah dan keluarga.
Sebagai garda terdepan, polisi juga wajib menyampaikan pesan-pesan pemilu damai. Khusus Ustaz Das'ad Latif saat tausiah di Mapolda Riau berpesan agar semua harus loyal kepada Indonesia.