Wanita di Indonesia Rentan Terserang Osteoporosis, Ini Langkah yang Disarankan Dokter

Jumlah penderita penyakit ini di Indonesia meningkat setiap tahun, di mana wanita sangat rentang terserang.

Eliza Gusmeri
Jum'at, 21 Oktober 2022 | 18:00 WIB
Wanita di Indonesia Rentan Terserang Osteoporosis, Ini Langkah yang Disarankan Dokter
Ilustrasi lansia mengidap osteoporosis [Foto: Antara]

SuaraRiau.id - Wanita disebut rentan terserang osteoporosis. Berdasarkan data dari Anlene, 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di atas 50 tahun berisiko mengalami cedera karena osteoporosis.

Jumlah penderita penyakit ini di Indonesia meningkat setiap tahun, di mana wanita sangat rentang terserang.

Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), dr. Lily Indriani Octovia, M.Gizi Sp.GK (K)., penyebab wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis adalah karena hormon estrogen yang menurun saat wanita memasuki usia menopause.

"Hormon estrogen, hormon pada wanita yang melindungi tulang, aka nmenurun saat wanita mencapai menopause dapat menyebabkan pengeroposan tulang.Hal ini tentu berpengaruh terhadap penyerapan mineral, protein dan gizi lainnya dari asupan makanan yang kita konsumsi," kata dr. Lily, saat acara konferensi pers ‘20 Tahun Anlene Lawan Osteoporosis’, di Hotel The Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Baca Juga:Tersenyum Usai Bunuh Teman Sendiri Karena Hal Sepele, Rudolf Tobing Punya Trauma Masa Kecil

Lebih lanjut, dr. Lily mengatakan, osteoporosis pun menjadi penyebab 8,9 juta kasus patah tulang setiap tahun. Kata dia, setiap 3 detik terjadi satu kasus patah tulang.

"Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia, dan dia jadi penyebab 8,9 juta kasus patah tulang setiap tahun. Angkanya initerus bertambah. Jadi, bisa dibayangkan dalam setiap 3 detik terjadi satu kasus patah tulang akibat pengeroposan tulang," ujar dr. Lily.

dr. Lily menjelaskan patah tulang dapat menyebabkan rasa nyeri, disabilitas, deformitas, hingga kematian. Tak heran jika penyakit ini pun dijuluki silnet disease.

"Osteoporosis ini seringnya disadari ketika cedera lalu patah tulang. Setelah itu, seseorang bisa mengalami nyeri, rasa tak nyaman, dan muncul masalah lain terkait patah tulang," imbuhnya.

"Dan jika terjadi pada lansia yang sudah memiliki penyakit degeratif lain seperti diabetes, nantinya dia akan gampang mengalami luka tekan dan infeksi pernapasan sehingga akan menjadi beban berikutnya. Waktu perawatannya akan lama, akibatnya biaya untuk mengobati penyakit ini pun akan membengkak," lanjut dr. Lily.

Baca Juga:4 Alasan Wanita Sulit Didekati, Gagal Move On?

Meski begitu, hal ini dapat diketahui dari usia muda dan dicegah agar kondisi tidak semakin parah.

Menurut dr. Lily, caranya yakni dengan melakukan evaluasi terkait risiko osteoporosis di dalam tubuh. Misalnya, mengamati gaya hidup yang dijalani sehari-hari.

"Yang jelas, malas gerak itu bisa tingkatkan risiko osteoporosis. Cara mencegahnya, usahakan cukup nutrisi dan lakukan olahraga seperti angkat beban, latihan resistensi dan latihan keseimbangan bisa membantu untuk menjaga kesehatan tulang. Jadi, ketika ‘tabungan tulang’ banyak, maka tulang akan tetap kuat ketika usia sudah berlanjut," paparnya.

Lebih lanjut, dr. Lily pun lantas menyarankan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan bone mineral density (BMD) alias kepadatan mineral tulang untuk memastikan osteoporosis , terlebih jika kamu memiliki faktor risiko yang tinggi, Beauty.

"Sebaiknya, lakukan pemeriksaan tulang sejak usia 20 sampai 30 tahun. Pemeriksaan ini paling tidak dilakukan tiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali," saran dr. Lily.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini