"Dia marah-marah, teriak, nyentuh sampai dorong gue. Waaah ayooo. Dia ngegas, gue makin ngegas. Dia maju, gue makin maju. Dia sebagai levelnya, pangkatnya sama umurnya, sikapnya dan tingkah lakunya bagus nggak? Seharusnya dia melerai," kata Widy.
Tidak hanya pria berpangkat tersebut, seorang staf pria yang merupakan sepupu dari pria berpangkat tersebut turut menyerang Widy.
"Yang melerai kami banyak banget, yang mencoba megangin gue ada sampai 3 orang. Nggak ada yang bisa nahan gue karena gue sedang emosi saat itu. Gue nggak banyak capak, gue cuma maju fisik aja terus," katanya.
Widy pun menegaskan, jika ia datang ke lapangan tembak sebagai terapi. Ia juga mengaku berteman tidak milih-milih selama di sana. Bahkan widy menjadi pelatih bagi orang-orang yang baru pertama kali belajar menembak di sana.
Baca Juga:Kapolsek Sidayu Meminta Maaf Pasca Banjir Kecaman Publik
"Gue seneng aja ada di sana. Aku menolong sebagai keluarga di sana. Nggak nyari untung juga," katanya.
Sebelumnya, Widy Vierra sempat menangis lantaran trauma sempat menjadi korban penculikan dan pelecehan seksual beberapa tahun lalu. Ia menangis mengungkapkan pengalaman menyedihkan nya itu di podcast Deddy Corbuzier.
Widy masih ingat, malam itu ia baru saja selesai latihan basket. Ia berjalan pulang sendirian. Tak berapa lama ia diangkut sejumlah lelaki masuk ke dalam mobil.
"Gue apes aja saat itu, orang yang pick up (ambil) gue nggak tahu gue siapa, mereka juga lagi mabuk kan. Ini random people," katanya.
Sadar akan keselamatannya terancam, Widy pun terus-terusan menghubungi kekasihnya untuk meminta pertolongan.
"Gue mencoba berontak sambil susah nelponin (mantan). Setelah gue di pick-up ya sudah gue kasih tau gue siapa, dan untungnya mereka tahu Widy Vierra ini punya tato," katanya.