SuaraRiau.id - Petani di Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak terus mengeluhkan harga sawit yang semakin tidak menentu.
Khairudin (51) salah seorang petani sawit mengatakan belum mengetahui secara pasti penyebab turunnya harga sawit.
"Gak tau kami apalagi penyebab turunnya harga sawit. Dulu karena pemerintah larang ekspor CPO makanya harga jadi turun, sekarang sudah dibuka pun malah parah turun harganya," ujar Khairudin, Kamis (23/6/2022).
Dijelaskannya, pada pekan lalu harga sawit di petani dihargai Rp1.500/kg dan belum lagi sampai seminggu harga sawit di petani sudah pecah dari Rp1.000/kg.
"Minggu lalu masih Rp1.500/kg lah, sekarang sudah di bawah Rp1.000/kg Kan luar biasa kali ini udah," jelasnya.
Turunnya harga kelapa sawit ini, lanjut Khairudin, tidak dibarengi dengan turunnya harga pupuk, racun dan sebagainya.
"Harga sawit turun, harga pupuk dan racun melambung berkali lipat. Nanti apalagi alasan pemerintah menyikapi persoalan ini," kesalnya.
Untuk saat ini, tambahnya, harga pupuk jenis KCL sudah tembus satu juta rupiah dalam kemasan 50kg. Begitu juga dengan harga pupuk jenis NPK Mutiara sudah satu juta lebih harganya.
"Harga pupuk sudah jutaan rupiah, harga sawit sangat murah, mau makan apa petani sawit," tambah dia.
Lebih lanjut, Khairudin juga mengeluhkan harga bahan pokok makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari semakin tinggi.
"Tambah lagi sekarang harga bahan pokok melambung tinggi. Saat ini, untuk beli cabe sekilo butuh menjual 15 Kg sawit," tuturnya.
Hal serupa juga dikatakan Abdul Rauf petani sawit asal Kecamatan Sungai Apit, Siak.
Disampaikan Iben, sapaan akrab Abdul Rauf, di Kecamatan Sungai Apit harga sawit petani dibeli Rp750/kg. Dengan harga seperti itu Ia hanya bisa mengelus dada.
"Harga sawit di sini tinggal Rp750/kg nya. Mengelus dada ajalah awak sekarang ni. Apalagi pupuk mahal kali," kata Abdul Rauf.
Sementara itu, lanjut Iben, upah panen dalam satu tonnya sudah Rp300.000.
"Jadi sekarang ini kalau mau panen sawit jangan tanya hasil, langsung aja bagi dua sama tukang panennya," terang Iben.
Kontributor : Alfat Handri