SuaraRiau.id - Sejumlah rumah warga Kuansing terendam banjir usai hujan mengguyur wilayah tersebut. Akibatnya, mereka harus mengungsi ke rumah saudara yang agak jauh dari lokasi rawan banjir.
Seorang warga bernama Antodi Teluk Kuantan menyatakan bahwa banjir terjadi akibat saluran irigasi tak berfungsi normal dan aktivitas merusak lingkungan seperti penambangan emas ilegal.
"Banjir dampak dari debit air tinggi, saluran irigasi tidak normal dan ada aktivitas ilegal merusak lingkungan," kata Antodi dikutip dari Antara, Senin (18/4/2022).
Curah hujan tinggi membuat sejumlah saluran irigasi tidak mampu menampung air. Dampaknya, air meluap ke sejumlah pemukiman penduduk dan lahan pertanian masyarakat.
Lebih diperparah, banyak rumah warga yang tenggelam, mengungsi ke tempat saudara maupun lokasi aman. Karena, ketinggian air ada yang sudah mencapai satu meter.
Terutama, terlihat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kuantan, maupun sungai kecil di sejumlah tempat. Misalnya di Kecamatan Gunung Toar, Lubuk Jambi dan Singingi dan sejumlah badan jalan di Kuantan Tengah.
"Oleh sebab itu, perlu perhatian instansi terkait terhadap masyarakat terdampak banjir," ujarnya.
Bahkan, Andi (45) juga menyebutkan, faktor banjir juga disebabkan oleh aktivitas ilegal seperti penambangan emas tanpa izin (PETI).
"Pelaku tidak memperhatikan lingkungan, mencari emas yang merusak aliran sungai," sebutnya.
Akibat peti, terlihat jelas kondisi air keruh, beda dengan lokasi bebas peti justru air jernih.
Di kesempatan lain, warga Pebaun, Lubuk Jambi Kasma Linda mengatakan, justru akibat banjir, ada tanggul sungai yang roboh dan hanyut.
"Debit air sangat tinggi, sungai meluap, jika hujan berlanjut, ekonomi masyarakat terganggu," jelasnya.
Karena, badan jalan banyak yang tidak bisa dilalui, sedangkan distribusi sembako melalui akses tersebut. (Antara)