Bicara Demokrasi di Hadapan TNI/Polri, Jokowi Singgung soal Penceramah Radikal

Presiden Jokowi dalam sambutannya juga menyebutkan jajaran TNI dan Polri harus memperbaiki kedisiplinan nasional.

Eko Faizin
Selasa, 01 Maret 2022 | 13:53 WIB
Bicara Demokrasi di Hadapan TNI/Polri, Jokowi Singgung soal Penceramah Radikal
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

SuaraRiau.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa prajurit TNI dan anggota Polri tidak bisa ikut dalam urusan demokrasi.

Hal tersebut, Presiden Jokowi sampaikan di acara pembukaan Rapat Pimpinan TNI dan Polri Tahun 2022 di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (1/3/2022).

"Tidak bisa yang namanya tentara, yang namanya polisi itu, ikut dalam urusan demokrasi. Tidak ada yang namanya bawahan itu merasa bebas, tidak sama dengan atas, eh tidak boleh," ujar Jokowi dikutip dari Antara, Selasa (1/3/2022).

Presiden Jokowi dalam sambutannya juga menyebutkan jajaran TNI dan Polri harus memperbaiki kedisiplinan nasional.

"Ini yang kita sekarang ini lemah. Oleh sebab itu, saya minta pada jajaran TNI, Polri untuk bisa memberikan contoh kepada masyarakat urusan yang satu ini, kedisiplinan nasional, tapi juga di TNI sendiri juga harus mulai berbenah," ujar dia.

Menurut Jokowi, disiplin tentara dan kepolisian berbeda dengan disiplin masyarakat sipil.

"Berbicara masalah demokrasi, tidak ada namanya di tentara, kepolisian, tidak ada. Hal seperti ini harus mulai dikencangkan lagi, supaya masyarakat itu melihat dan bisa kita bawa juga ke arah kedisiplinan nasional," tambahnya.

Kedisiplinan tersebut, lanjutnya, tidak hanya berlaku bagi tentara dan polisi saja tapi juga terhadap seluruh anggota keluarga di rumah.

"Ini bukan hanya Bapak Ibu yang bekerja, tapi yang di rumah juga sama. Hati-hati, ibu-ibu kita juga sama, kedisiplinannya harus sama. Tidak bisa Ibu-Ibu memanggil, mengumpulkan ibu-ibu yang lain untuk memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi," katanya.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung soal penceramah radikal.

"Makro, mikro harus kita urus juga. Tahu-tahu undang penceramah radikal. Nah, hati-hati. Juga hal kecil-kecil tapi harus mulai didisiplinkan, di WA (whatsapp) grup. Saya lihat di WA grup. Kalau di kalangan sendiri, boleh. Hati-hati, kalau dibolehkan dan kalau diteruskan, hati-hati," terang Jokowi.

Presiden Jokowi juga menyebut terkait pembangunan dan perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang menjadi contoh perbincangan di jaringan media sosial.

"Misalnya bicara mengenai IKN, tidak setuju IKN apa? Itu sudah diputuskan Pemerintah dan disetujui DPR, kalau di dalam disiplin TNI, Polri sudah tidak bisa diperdebatkan," tegasnya.

Namun, menurut Jokowi, pembangunan dan perpindahan IKN menjadi salah satu isu yang diperdebatkan di grup perbincangan whatsapp.

"Apalagi di WA grup dibaca gampang. Hati-hati dengan ini, dimulai dari dari yang kecil nanti membesar, karena disiplin tentara dan Polri berbeda dengan sipil dan dibatasi oleh aturan pimpinan," katanya.

Presiden juga menyebutkan di seluruh dunia tentara punya aturan sendiri, yaitu kitab undang-undang disiplin tentara.

"Yang intinya kalau kita lihat, intinya adalah kesetiaan tegak lurus. Saya baca ini apa sih intinya? Kesetiaan tegak lurus," ungkap Jokowi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini