"ini kantor gubernur apa kandang onta?" sahut @bejoaseli.
"Sumpah pemuda gak lagi berlaku berbahasa satu bahasa Indonesia." ujar @andikarya2015.
Namun sejumlah netizen yang menentangnya karena tulisan itu merupakan tulisan Arab Melayu atau aksara Jawi yang sudah ada sejak nenek moyang sebagai warisan kebudayaan.
"Waktu SD di Riau, pelajaran muatan lokal aku Arab Melayu, yang isinya pelajaran tulisan arab tanpa harokat, atau tulisan gundul, sama halnya di jawa pelajaran muatan lokal huruf2 jawa, ha na ca ra ka dan deseterusnya. Mohon maaf kalau ada salah." jelas @triyaemoko_.
"Saya juga waktu SD SMP di Pekanbaru belajar menulis Arab Melayu." ungkap @dorseysilalahi.
Diketahui, tulisan Arab Melayu sudah ada sejak jaman dahulu, termasuk di Riau. Hingga kini tulisan tersebut dipakai di hampir semua penanda Jalan atau nama-nama perkantoran termasuk kantor pemerintahan.
Bahkan aksara Arab Melayu digunakan sebagai pelajaran muatan lokal sekolah di Riau seperti halnya di Jawa ada aksara Hanacaraka.
Mengutip Twitter Wikipedia bahasa Indonesai @idwiki, beberapa bahasa daerah di Indonesia memakai abjad Jawi, yaitu abjad Arab yang diubah untuk menulis bahasa Melayu.
Abjad Jawi digunakan di Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Aceh dan Kalimantan (bahasa Banjar).
Sementara itu abjad pegon merupakan abjad arab yang digunakan untuk menulis bahasa jawa, sunda, madura dan Indonesia. Biasanya abjad pegon digunakan sebagai aksara/abjad alternatif dari bahasa tersebut.