Cerita Ruslan Buton Tangkapi TKA China, Dirayu Mayor TNI Pakai Duit Sekantong

Saat itu Ruslan Buton sedang berjaga di pos dan melihat banyak sekali TKA China masuk ke perkampungan warga.

Eko Faizin
Selasa, 07 September 2021 | 07:30 WIB
Cerita Ruslan Buton Tangkapi TKA China, Dirayu Mayor TNI Pakai Duit Sekantong
Mantan Anggota TNI Ruslan Buton membagikan pengalamannya di Youtube Refly Harun [SuaraSulsel.id / Tangkapan layar Youtube Refly Harun]

SuaraRiau.id - Mantan Kapten TNI Ruslan Buton beberapa waktu lalu sempat menjadi perhatian publik usai membuat surat terbuka pada Jokowi untuk mundur sebagai presiden RI.

Ruslan Buton pun lalu dipenjara gara-gara surat tersebut. Kini, ia muncul menceritakan kisah hidupnya di kanal Youtube Refly Harun. Salah satunya ketika dia bertugas menjadi anggota TNI, menjaga pos di Pulau Tali Abo.

Kisah itu terjadi di suatu siang tahun 2017. Saat itu Ruslan Buton sedang berjaga di pos dan melihat banyak sekali TKA China masuk ke perkampungan warga.

Dengan menggunakan topi kuning, mereka membuat penasaran Ruslan. Dia lantas bertanya pada kepala desa setempat soal aktivitas mereka.

Ada 5 orang China yang dicegat Ruslan, namun herannya mereka hanya mengeluarkan bahasa isyarat. Diajak berbicara bahasa Inggris saja juga tak bisa.

“Saya tanya, kalian dari mana? Tak menjawab hanya pakai isyarat juga. Saya minta tunjukkan paspor dan visa, tak ada. Saya heran kalau mereka tenaga ahli, enggak mungkin mereka enggak bisa bahasa Inggris, bahasa pasar minimal mereka bisa, ini enggak bisa,” cerita Ruslan seperti dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (6/9/2021).

Ruslan pun langsung mengamankan kelima TKA China tersebut. Benar saja, tak butuh waktu lama, ada tim dari lokasi pekerja yang mendatanginya.

Di antaranya seorang perwira TNI berpangkat mayor, dan seorang Polisi berpangkat AKBP bersama personel-personelnya.

Ruslan ditemui di pos, tempat di mana dia menangkap 5 TKA China ilegal. Ketika itu, Ruslan Buton mengaku sudah siap menghadapi mereka, lantaran sudah berkomunikasi lebih dulu dengan pihak imigrasi terkait identitas kelima orang yang ditangkapnya.

“Saya juga enggak bodoh, setelah saya tangkap saya tanya (telepon) ke imirasi Ternate, kata mereka enggak ada datanya, Berarti kan itu ilegal. Saya jadi punya kekuatan hukum untuk menghadapi mereka,” kata lelaki dengan baret khas TNI itu.

Ruslan lantas dibujuk para tim baik personel aparat untuk melepas kelima TKA China itu. Ruslan yang pernah diamankan gegara membunuh preman itu, berkeras tak mau melepasnya.

“Syaratnya cuma satu, tunjukkan identitas keimigrasiannya, paspor, visa, baru saya lepas,” katanya.

Malamnya, si Mayor TNI itu kemudian menemuinya lagi di pos. Ruslan lantas dirayu dengan sekantong uang. Uang itu dikeluarkan usai perdebatan alot tak menemui hasil.

“Dia panggil saya ke pojokan. Intinya mereka minta lepaskan mereka, ‘kayak enggak kenal aja’. Tentunya ada embel-embel uang satu plastik dikeluarkan.” kata dia.

“Bang mohon maaf (ke mayor), saya butuh uang iya, tapi saya enggak terima karena ini menyangkut negara. Saya enggak mau jadi pengkhianat bangsa. Abang mau jualan atau cari makan di sana oke, dan kalau abang kasih uang tapi tak ada kaitannya dengan mereka saya terima. Tapi kalau karena mereka enggak mau,” tutur Ruslan.

Besoknya, tim dan Mayor TNI itu kembali lagi. Dia datang lengkap dengan data-data baru imigrasi. Ruslan menduga, dia sudah berkontak dengan pihak imigrasi.

Menurut Ruslan, tiba-tiba pihak imigrasi lalu menelepon dirinya, bilang kalau dokumen kelima TKA China itu ada dan dalam masa perpanjangan.

“Mau bagaimana lagi, saya enggak punya kekuatan hukum. Padahal mereka tunjukkan fotokopi dokumen mereka cuma kunjungan wisata kok bisa kerja. Akhirnya saya lepas. Itu waktu heboh sepekan sebelum saya hilangkan nyawa preman,” katanya.

Ruslan pun menyebut bahwa tiap personel TNI yang bertugas di pos sana, pasti selalu bersilaturahmi dengan petugas pos TKA China. Tiap bulan, mereka bahkan dikatakan dapat bantuan Rp 2 juta per bulan.

“Saya adalah satu-satunya orang petugas yang bertugas di sana tapi tak pernah silaturahmi ke sana. Saya enggak minta, tapi tetap dikasih bantuan. Uangnya saya ambil, toh saya enggak minta, yang penting saya tetap tak mau ikuti arahan mereka,” ungkap Ruslan Buton.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini