Kisah Nakes Tiap Hari 'Terkurung' APD, Berjuang Hadapi Orang Tak Percaya Covid

Meskipun begitu, para nakes di RSUD Tengku Rafian Kabupaten Siak tetap ramah dan memberikan pelayanan terbaik.

Eko Faizin
Kamis, 12 Agustus 2021 | 12:17 WIB
Kisah Nakes Tiap Hari 'Terkurung' APD, Berjuang Hadapi Orang Tak Percaya Covid
Tenaga kesehatan RSUD Tengku Rafian Siak menggunakan APD. [Suara.com/Alfat Handri]

SuaraRiau.id - Kasus Covid-19 di Riau hingga saat ini belum mereda, bahkan kasus aktif di Bumi Lancang Kuning tersebut mendapat sorotan langsung dari Presiden Jokowi.

Riau mendapat rapor merah dalam kasus aktif Covid-19 bersama beberapa provinsi lain di Indonesia. Tak hanya itu, penerapan PPKM Level 4 yang sebelumnya hanya Pekanbaru kini bertambah yaitu Dumai, Rokan Hulu dan Siak.

Kabupaten Siak menjadi daerah yang angka positif Covid-19 cukup lumayan banyak. Hal ini juga berimbas pada pelayanan tenaga kesehatan (nakes) sebagai salah satu garda tersepan penanganan virus Corona di wilayah tersebut.

Tenaga kesehatan (nakes) RSUD Tengku Rafian Siak sedang menunggu obat untuk pasien sembari istirahat sejenak. [Suara.com/Alfath Handri]
Tenaga kesehatan (nakes) RSUD Tengku Rafian Siak sedang menunggu obat untuk pasien sembari istirahat sejenak. [Suara.com/Alfath Handri]

Nakes setiap hari harus berhadapan dengan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Para nakes bertanggungjawab merawat, membantu menyembuhkan, dan dilayani agar bisa kembali kumpul dengan keluarga pasien dirumahnya.

Meskipun begitu, para nakes di RSUD Tengku Rafian Kabupaten Siak tetap ramah dan memberikan pelayanan terbaik.

Salah seorang nakes RSUD Tengku Rafian Siak Fitria Sawitri menuturkan bahwa, ia bersama rekan lainnya secara bergantian setiap hari merawat dan memastikan agar kondisi pasien terkonfirmasi positif-19 bisa sembuh dan terlayani secara maksimal.

"Itu sudah menjadi tanggung jawab kami semua sebagai tenaga kesehatan dan harus dijalani dengan ikhlas dan sabar," kata Fitri kepada SuaraRiau.id.

Ibu satu anak itu pun bercerita keseharian mereka dalam menjalani aktifitas sebagai seorang Nakes di tengah pandemi.

Fitri bilang, setiap dua jam sekali berganti shif dengan teman kerjanya untuk melayani pasien. Baik itu yang terkonfirmasi positif Covid-19 maupun yang tidak.

Dalam dua jam itu, mereka pun harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) agar memastikan mereka aman dari penyebaran Covid-19 dari pasien.

"Tapi namanya setiap hari bersentuhan dengan virus mendunia itu, tetap saja kami terkena Covid-19," kata dia.

Dua jam menggunakan APD, sambungnya, badan mereka basah, tangan mereka keriput, bernafas sesak, letih tiada tara dan benar-benar sangat tidak nyaman.

Tangan tenaga kesehatan RSUD Siak tampak keriput karena banyak menggunakan APD. [Suara.com/Alfat Handri]
Tangan tenaga kesehatan RSUD Siak tampak keriput karena banyak menggunakan APD. [Suara.com/Alfat Handri]

Tapi, kata dia, semuanya harus dijalani sesuai dengan protokol kesehatan. Terkadang nakes itu hampir pingsan karena pengapnya menggunakan APD.

"Rasa-rasa terperangkap dalam apa gitu," jelasnya.

Dalam pandangan masyarakat, kata Fitri, apa yang mereka lakukan itu dinilai biasa aja.

"Sepertinya hal yang dilakukan nakes itu hal biasa saja dan tidak memiliki resiko tinggi," kata dia sedih.

Padahal, sambungnya, tidak hanya resiko tertular dirinya pribadi, tapi keluarganya di rumah, tetangganya, dan tempat ia bersosialisasi.

Tidak hanya sampai disitu, kesedihan para nakes di Siak juga semakin memuncak ketika anggapan masyarakat bahwa rumah sakit kebanyakan hanya mengcovidkan saja.

"Setiap hari kami mengurusi orang lain, kadang hampir lupa kami juga punya anak kecil di rumah, orang tua yang juga ingin kami lihat sehat selalu. Sedih mendengar kalimat jika ada masyarakat yang tidak percaya adanya Covid," jelasnya.

Tapi itu semua dilakukan bukan untuk menuai pujian, namun, agar Covid-19 segera enyah dari Siak.

"Dan masyarakat Siak semua sehat dan dijauhkan dari Covid-19," tambahnya lagi.

Kontributor : Alfat Handri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak