"Sejak sebelum Ramadan kami semua bergotong royong mendirikan menara untuk lampu colok ini," kata Iswanto.
Tahun ini, katanya, mereka membuat desain lampu colok hanya sederhana saja karena situasi pandemi covid-19.
Dijelaskannya, Ia bersama rekan-rekannya juga tak ingin membuat kerumunan yang nantinya bisa memicu lonjakan penyebaran Covid-19.
Untuk membuat lampu colok yang megah dibutuhkan ribuan lampu lampu semprong dengan pola yang telah ditentukan.
"Ini gambar masjid. Bentuk bangunan masjid lengkap," ujarnya.
Membuat menara lampu colok dengan pola seperti masjid yang tengah dilakukan mereka bukan sebuah pekerjaan mudah. Selain itu, dana yang dibutuhkan juga tidak sedikit.
Untuk pembiayaan, mereka mengandalkan iuran dari masyarakat. Selain itu mereka juga berusaha mencari donatur dari pengusaha secara mandiri.
"Desa sangat support atas kegiatan kami ini," jelasnya.
Iswanto mengaku tidak ada paksaan dalam mendirikan lampu colok tersebut. Menurut dia, membuat lampu colok merupakan bentuk dari semangat pemuda setempat dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Selain itu, dia dan rekan-rekannya sepakat harus ada yang rela berkorban baik waktu dan materi untuk menjaga tradisi.