SuaraRiau.id - Selebgram Keanu Angelo tiba-tiba viral perihal dirinya memakai tanjak dengan mengenakan celana pendek alias hotpants hitam dan berbaju kaos kuning.
Paduan pakaian dan asesoris tanjak tersebut dinilai menyinggung budaya Melayu. Beragam komentar bernada miring pun muncul dari netizen hingga para tokoh muda di Riau.
Namun, pendapat berbeda datang dari Jefrizal yang akrab dipanggil Jefri Al Malay. Ia mengaku tidak terlalu merespons kejadian tersebut.
Menurutnya, kejadian itu dijadikannya sebagai momen untuk melakukan introspeksi bahwa informasi tentang khazanah Melayu Riau belum tersosialisasi kan dengan baik ke masyarakat secara luas.
"Saya melihat justru hal itu terjadi karena ketidaktahuan si Keanu Angelo, kenapa kita marah dengan orang yang tidak tahu," kata Komunitas Pencinta Fashion Melayu, Jefrizal Al Malay kepada SuaraRiau.id, Jumat (9/4/2021).
Dijelaskan Jefri Al Malay, ia bersama komunitasnya semakin terpacu untuk lebih gencar mensosialisasikan dan memberikan edukasi tentang adab dan adat dalam bertanjak.
"Saya tidak bisa marah karena orang tidak tahu. Allah aja tidak menghukum bagi orang tidak tau. Apalagi dalam hal ini," kata Dia.
Ke depan, lanjutnya, Ia bersama yang anggota komunitasnya ingin bersambung ke tempat diselenggarakannya acara yang mendatangkan Keanu Angelo itu untuk duduk bersama dan berdiskusi.
"Saya sempat diskusi di komunitas, suatu saat nanti akan ke tempat acara itu diselenggarakan untuk duduk berdiskusi memperbincangkan tentang adat dan adab dalam bertanjak," beber Jefri.
Kendati demikian, lebih jauh dikatakan Jefri, ia tidak juga menepis rekan-rekan lain yang memang cukup menyesalkan peristiwa itu.
"Dan itu wajar sekali. Itu membuktikan bahwa kawan semua peduli dan sadar secara penuh untuk khazanah alam Melayu harus tetap lestari," jelasnya.
Ditanyakan soal adab dan adat dalam memakai tanjak, Jefrizal menuturkan bahwa adab memakai tanjak tentu saja sangat berkaitan dengan sopan santun dan kerapian berpakaian.
"Bagi alam Melayu, tanjak bukan hanya menutup kepala, bagi orang Melayu tanjak terkandung nilai-nilai jati diri yang menunjukkan bahwa orang melayu dalam hal berfashion termasuk bertanjak tetap menjaga nilai luhur," ungkapnya.
Sementara itu, tambah dia, adat dalam memakai tanjak itu sudah baku.
"Misalnya ketua LAM atau lembaga-lembaga adat, itu baku bahwa mereka harus memakai tanjak. Selain itu contohnya di sistem kerjaan, Sultan memakai tanjak apa, dibawah sultan ada laksamana, itu tanjaknya tentu tidak serupa dengan sultan, nah itu adat," ungkap Jefrizal yang juga seorang dosen di salah satu Universitas di Riau.
Dijelaskan Jefri bahwa fenomena bertanjak saat ini sudah jadi konsumsi publik. Sehingga sangat perlu diperhatikan tentang adab dan adat dalam mengenakan tanjak.
"Dan kita semua harus juga tetap menjaga nilai kesopanan dalam mengenakan itu," kata dia.
Hal senada juga dikatakan ketua Khazanah Siak - Siak Heritage, Tengku Bongsu Syed Ariev. Ia menyebutkan bahwa perlu menelaah tentang acara yang sedang Keanu Angelo gelar.
"Kita harus menelaah kepada pembuat acara itu. Sebab jika sudah tinggal di Pekanbaru tentu tahu adab dan adat istiadatnya," jelas Tengku Bongsu Syed Ariev.
Tengku Bongsu Syed Ariev berharap semoga Lembaga Adat Melayu (LAM) terus berupaya memberikan edukasi bagaimana tata cara adab berdestar atau bertanjak.
"Seperti terkait makna warna pakaian sampai penggunaan sampin dari corak dan warna," kata Tengku Bongsu.
Dijelaskan Kucik, sapaan akrab Tengku Bongsu, Destar adalah hiasan kepala yang dibentuk dari olahan menggunakan tangan sebagai hiasan kepala, dalam Melayu memiliki banyak jenis destar secara tradisional sejak zaman dahulu.
Disampaikan Tengku Bongsu, Kesultanan Siak merupakan imperium besar. Kendati saat ini tak bersultan namun khazanah masih tetap terjaga.
"Generasi muda sebagai penerus harus tetap menjaga dan mengawal khazanah ini tetap lestari," pinta dia.
Kata Tengku Bongsu, destar atau yang dikenal dengan tanjak itu memiliki berbagai macam jenis seperti Tanjak, Tengkolok/Tengkulok, Songkok dan Getam. Untuk di Siak Sri Inderapura, dikenal dengan Tengkulok dan Destar.
Disinggung soal bolehkah karangan destar kreasi mengikuti destar tradisional, Kucik menyampaikan boleh saja namun pengunaan namanya tidak boleh asal-asalan.
"Boleh, tapi tidak boleh menggunakan nama sembarangan," jelasnya.
Sementara itu, kata dia lebih jauh, dalam penggunaan destar dalam melayu juga menjelaskan perbedaan adab, adat istiadat, dan kanun.
"Adat (peraturan suatu bangsa yang wujud berpunca dari perbuatan yang berulang bertahun-tahun), Adat Istiadat (peraturan dalam suatu majelis/protokol), Adab (cara memakai mengikut keadaan yang sesuai) dan Kanun (hukum atau undang-undang)," ungkapnya.
Kontributor : Alfat Handri