SuaraRiau.id - Siak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Riau. Dahulunya Kota Siak merupakan sebuah kerajaan besar yang namanya sudah termahsyur seantero Indonesia.
Selain kekayaan alamnya, Kabupaten Siak juga menyimpan segudang cerita sejarah yang kaya akan ilmu pengetahuan. Sehingga, masih banyak peninggalan jejak masa lampau yang bisa kita lihat saat ini.
1. Istana Siak Asyerayah Al Hasyimiyah
Didirikan pada masa Sultan Siak kesebelas tahun 1889, pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Hasyim.
Istana Siak adalah bukti sejarah kebesaran Kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau.
Masa jaya Kerajaan Siak berawal dari abad ke-16 hingga 20, dan silsilah Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1723 M dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Saat ini, pengunjung dapat melihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak.
2. Masjid Agung Syahabudin
Masjid Raya Syahabuddin atau Masjid Raya Siak merupakan salah satu masjid yang berlokasi di Jalan Sultan Ismail, Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak.
Jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi Istana Siak. Masjid ini dibangun pada tahun 1926 pada masa Sultan Al Said Al Kasyim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak ke-12), dan selesai dibangun pada tahun 1935.
Masjid Raya Syahabuddin tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah, lebih dari itu masjid ini juga menjadi salah satu situs cagar budaya. Masjid Raya Syahabuddin terletak berdampingan dengan komplek pemakaman Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya.
3. Tangsi Belanda
Tangsi Belanda, bangunan peninggalan Kolonial Belanda pada abad ke 18, atau pada masa Sultan Siak ke-9, Sultan Asy-Syaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin yang memerintah tahun 1827-1864 itu kini terlihat dengan tampilan baru sebagai situs cagar budaya.
Tangsi Belanda berfungsi sebagai zona perlindungan dan pertahanan bagi tentara belanda dimasa lalu.
Dalam kompleks terdapat berbagai enam unit bangunan yang membentuk formasi melingkar sehingga terdapat halaman didalam dengan beragam fungsi seperti sebagai penjara, asrama, kantor, gudang senjata, dan logistik.
Pembangunannya diperkirakan pada abad ke-18 dan sezaman dengan masa berlangsungnya Kesultanan Siak, terutama setelah ditandatanganinya Traktat Siak pada masa Sultan Siak ke-9. Sultan Asy-Syaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin yang memerintah tahun 1827-1864.
Bangunan I yang berada di sebelah timur merupakan bangunan 2 lantai, berukuran panjang 18 meter dan lebar 9,6 meter.
Lantai bawah terdiri dari bangunan sayap utara yang berfungsi sebagai ruang jaga, kantor dan ruang tahanan.
Pada bangunan sayap selatan terdapat empat ruangan yang dahulu pernah dipergunakan sebagai kamar mayat dan rumah sakit.
Sementara dua unit bangunan yang berada dibelakang (bangunan II dan III), merupakan bangunan dua lantai yang sama bentuknya dan berukuran 155 x 11meter.
Lantai bawah dahulu pernah difungsikan sebagai kantor, dan lantai atas diperuntukkan sebagai asrama dan tempat tinggal tentara Belanda.
Di sebelah ujung selatan halaman dalam terdapat sisa-sisa bangunan (bangunan IV).
Pada sisi utara bangunan utama terdapat bangunan bekas gudang senjata (bangunan V) berukuran 6.7 x 6 meter.
Sementara pada ujung barat halaman, juga terdapat sisa bangunan WC dan kamar mandi berukuran 6 meter persegi yang terdiri dari 3 ruangan.
Hal yang sangat unik dan khas dari Tangsi Belanda kata dia adalah ketika melihat struktur pondasi bangunan tangsi, yang berbentuk setengah lingkaran dengan peletakan tiga sendi.
Teknologi arsitektural pada pondasi tangsi ternyata sangat mendekati bangunan kolonial dinegara asalnya di Eropa.
4. Makam Pahlawan Nasional Sultan Syarif Kasim II
Sultan Syarif Kasim II merupakan Sultan Siak yang kedua belas atau yang terakhir, memerintah Kerajaan Siak dari tahun 1915-1945.
Makam Sultan ini terletak di sisi barat dari Komplek Masjid Sultan (Masjid Syahbuddin). Komplek pemakaman ini terdiri dari makam Sultan Syarif Qasyim beserta permaisuri Tengku Agung Sultanah Latifah dan Tengku Maharatu beserta panglima Sultan.
Dikutip dari web Pesonasiak.id Sultan Syarif Kasim II diberi tanda kehormatan pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie, Sultan Syarif Kasim II diberi tanda kehormatan Bintang Maha Putra Adi Pradana pada tanggal 6 November 1998 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional. Makam Sultan ini terletak di sisi barat dari Komplek Masjid Sultan (Masjid Syahabuddin).
5. Makam Putri Kaca Mayang
Makam Putri Kaca Mayang berada di Desa Kuala Gasib, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak.
Untuk menemukan makam ini tidaklah begitu sulit, dari Kota Pekanbaru menuju pemakaman ini dapat ditempuh dengan perjalanan selama 2 jam.
Panduan untuk menemui makam ini adalah Tugu Perbatasan Kecamatan Tualang dan Koto Gasib. Sekitar 1 km dari tugu perbatasan tersebut dapat kita jumpai sebuah Tugu yang berbentuk mahkota dan juga rambu petunjuk informasi Makan Putri Kaca Mayang dan dari tugu tersebut perjalanan kita lanjutkan kearah dalam menuju areal pabrik kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama.
Diperkirakan jarak dari tugu ke Makan Putri Kaca Mayang sejauh 10 kilometer. Akses menuju Makam ini cukup baik, karena jalan yang kita lalui adalah jalan milik perusahaan.
Sepanjang perjalanan menuju Makam kita akan menjumpai perkebunan Kelapa Sawit dan juga infrastruktur milik perusahaan.
Putri Kaca Mayang merupakan putri yang cantik dan merupakan putri dari Raja Gasib. Saat ini, nama Putri Kaca Mayang dijadikan sebuah nama tempat hiburan di Kota Pekanbaru, yaitu Taman Ria Putri Kaca Mayang.
Itu tadi beberapa destinasi wisata sejarah yang terletak di Kota Siak, dengan berbagai peninggalan bekas Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Kontributor : Alfat Handri