SuaraRiau.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kerap jadi sasaran kritik. Apalagi yang terbaru ini terkait penanganan banjir di Jakarta.
Anies Baswedan seakan-akan di-setting selalu tidak benar dan harus salah. Kolumnis Hersubeno Arief pun menanggapi hal tersebut.
Dikatakan Hersubeno, kalau dirunut persoalan ribut-ribut di Jakarta itu tak lepas dari reklamasi Teluk Jakarta. Ia mengatakan ada 'harta terpendam' dari reklamasi Teluk Jakarta.
Mengutip kalkulasi nilai ekonomi dari reklamasi Teluk Jakarta yang disampaikan politikus PKB Daniel Johan pada 2017, nilainya mencapai Rp 500 triliun.
Dengan taksiran tersebut, kata Hersubeno, maka masuk akal kenapa Anies Baswedan selalu coba digoyang dan jadi sasaran kritik dalam tiap kebijakannya.
“Jadi ada kepentingan bisnis besar di sini. Ketika Anies terpilih jadi gubernur, kan kemudian dibatalkan izin reklamasi di Pantai Utara Jakarta. Itulah kepentingan jangka pendek pada waktu itu,” ujar Hersubeno dalam diskusi dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Kamis (11/2/2021).
Hersubeno menyatakan, dalam jangka panjang, para konglomerasi dan taipan mewaspadai dari kebijakan dari Anies. Mereka khawatir kebijakan Anies bakal merugikan kepentingan para taipan, dan kalau Anies terus dibiarkan maka dia bakal menjadi presiden.
“Wah bakal banyak kebijakan yang rugikan kepetingan konglomerat (kalau Anies Presiden)” ujarnya.
Hersubeno pun melihat dahulu Ahok merupakan eksperimen politik kelompok oligarki supaya kepentingan mereka bisa mulus. Ia mengingatkan kembali dulu waktu jelang pencalonan Gubernur DKI Jakarta, ada sekelompok pendukung Teman Ahok yang muncul.
Teman Ahok ini muncul dengan narasi seolah Ahok memang didukung luas masyarakat Jakarta. Namun ternyata investigasi majalah Tempo menunjukkan, Teman Ahok dibiayai para taipan.
Selepas kedok Teman Ahok terbongkar dan sebagai upaya untuk menadang laju Anies, kata Hersubeno, muncul branding dan narasi pilih mana pemimpin kafir tidak korupsi dengan pemimpin muslim tapi korupsi dan jangan pakai politik aliran.
Ini, ucap Hersubeno, adalah manuver untuk menutup calon lain bisa melawan Ahok. Jika dulu Ahok mulus melenggang jadi Gubernur DKI lagi pada Pilkada 2017. Dia meyakini langkah Ahok di politik nasional bakal kian mulus.
Maka Ahok akan jadi calon wakil Presiden Jokowi di di Pilpres 2019. Dan kalau sudah terpilih tinggal satu tahapan lagi, menjadi presiden Indonesia pada Pilpres selanjutnya.
“Tapi skenario berantakan, karena yang muncul Anies. Ini cilakanya (Ahok). Anies itu antitesanya framing yang mereka bangun. Kebetulan Anies kerjanya bener, ini kan membuyarkan skenario yang mereka bangun. Mereka sangat marah dan narasi Islam dan radikalisme terus mereka bangun,” ujar Hersubeno.
Hersubeno Arief menilai langkah Anies Baswedan saat ini sudah selesai secara teoritis dan regulasi perundangan.
Anies diperkirakan bakal menghilang dari gegap gempita pemberitaan selepas nanti mengakhiri jabatan Gubernur DKI Jakarta pada 2022.
“Secara teoritis perundang-undangan, Anies saat ini sudah selesai kalau melihat kalkulasi politik dan regulasi ya,” ujar Hersubeno dikutip pada Rabu 10 Februari 2021.