Eko Faizin
Rabu, 03 Desember 2025 | 17:24 WIB
Warga berjalan melewati material longsor di Toboh Tangah, Nagari Malalak Timur, Agam, Sumatera Barat, Kamis (27/11/2025). [ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU]
Baca 10 detik
  • Pemerintah Sumbar terus berupaya penanganan darurat terhadap warga terdampak.
  • Pendistribusian bantuan ke titik-titik terisolir terus dikerahkan melalui jalur udara.
  • BNPB juga menyoroti kerusakan material yang signifikan akibat bencana ini.

SuaraRiau.id - Pemerintah Sumatra Barat (Sumbar) terus berupaya melakukan penanganan darurat, khususnya pelayanan warga terdampak bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi kemarin.

Sebanyak 15.300 warga Kabupaten Agam korban bencana hidrometeorologi masih mengungsi hingga hari ini, Rabu (3/12/2025).

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, PhD mengungkapkan, fokus utama penanganan adalah memastikan keselamatan warga dan memulihkan akses.

"Data yang kami terima per Selasa (2/12/2025) malam menunjukkan bahwa populasi pengungsi di Agam telah mencapai 15.307 jiwa yang tersebar di tujuh kecamatan," katanya, Rabu (3/12/2025).

Menurut Muhari, angka tersebut cukup besar sehingga menjadi prioritas untuk menjamin kebutuhan dasar para korban terpenuhi.

Dia menyatakan pendistribusian bantuan, khususnya ke titik-titik yang masih terisolir, terus dikerahkan melalui jalur udara.

"Untuk pemenuhan kebutuhan makan dan minum di pengungsian, posko telah mengoperasikan 26 titik dapur umum, baik berupa mobil dapur umum, tenda, maupun memanfaatkan rumah warga," sebut Muhari.

Berdasarkan data BPBD Agam per Selasa (2/12/2025), pukul 20.00 WIB, sebaran pengungsian terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Raya (9.198 jiwa), diikuti Malalak (2.419 jiwa), dan Palembayan (1.511 jiwa).

Untuk memobilisasi sumber daya, pos komando (posko) utama di balairung rumah dinas Bupati Agam mengaktifkan 13 pos lapangan di 13 kecamatan.

Muhari menyoroti kerusakan material yang signifikan akibat bencana ini.

Dia menjelaskan dari data kerugian material menunjukkan kerusakan yang masif. Tercatat ada 465 unit rumah rusak berat, 188 unit rusak sedang dan 406 unit rusak ringan.

"Infrastruktur publik seperti 10 jembatan putus dan 25 titik jalan rusak menjadi tantangan utama yang menghambat mobilisasi dan distribusi," ungkap Muhari.

Sampai hari ini, Pemkab Agam bersama BNPB terus mengupayakan perbaikan infrastruktur darurat. Total 10 alat berat telah dikerahkan untuk memperbaiki akses di enam kecamatan, termasuk Tanjung Raya dan Malalak.

"Kami menambahkan 5 unit alat berat lagi, termasuk bantuan dari United Tractor, Zipur, dan Kota Payakumbuh, untuk mempercepat perbaikan akses," terangnya.

Muhari menyatakan tim membuka kembali jalan dan jembatan yang putus adalah kunci agar bantuan bisa menjangkau semua warga terdampak.

Load More