Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Rabu, 07 Mei 2025 | 12:00 WIB
Lutung Kokah yang merupakan satwa endemik Riau. [Dok RSF]

SuaraRiau.id - Di jantung lanskap hijau yang membentang di wilayah operasional PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), sebuah kisah tentang harapan dan tantangan konservasi terus terjalin.

Bukan tentang rig pengeboran atau laju produksi minyak, melainkan tentang keberadaan sang penghuni hutan: Lutung Kokah (Presbytis femoralis).

Si wajah hitam dengan bulu hitam keperakan yang khas ini, primata endemik Sumatera, dulunya leluasa melompat dari dahan ke dahan di rimba Riau. Namun, zaman terus bergulir, dan lanskap pun ikut berubah. Hutan-hutan yang menjadi rumah mereka kini tak lagi seluas dulu.

Data terbaru dari hutan di sekitar wilayah kerja PHR menyajikan gambaran yang cukup detail. Menurut data Rimba Satwa Foundation (RSF) selaku mitra pelaksana program konservasi PHR, di Hutan Talang tersisa sekitar 20 ekor lutung kokah, jumlah yang sedikit lebih banyak ditemukan di Hutan Kojo, dengan populasi mencapai 24 ekor.

Baca Juga: Jaga Keselamatan dan Keamanan, PHR Imbau Masyarakat Tak Beraktivitas di Area Obvitnas

Secercah harapan tampak di Taman Hutan Raya (Tahura) Minas, yang masih menampung populasi signifikan sebanyak 139 ekor. Sementara itu, kawasan Giam Siak Kecil menjadi rumah bagi sekitar 90 ekor primata pemalu ini.

Keempat kawasan ini-Hutan Talang, Hutan Kojo, Tahura, dan Giam Siak Kecil-menjadi kantong-kantong habitat lutung kokah di tengah geliat aktivitas industri dan perubahan bentang alam. PHR, menyadari betul tanggung jawabnya terhadap keanekaragaman hayati di wilayah operasionalnya, tak tinggal diam.

"Upaya yang dilakukan PHR ini adalah wujud komitmen untuk turut ambil bagian dalam upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem, memastikan bahwa jejak kaki lutung kokah tetap menghiasi tanah Riau di masa depan," kata Manager Community Involvement & Development (CID) PHR, Iwan Ridwan Faizal.

Iwan menjelaskan, upaya konkret pun digulirkan untuk membina kembali habitat yang kian menyempit ini. Di PT Kojo, ribuan bibit pohon telah ditanam sebagai investasi jangka panjang bagi ketersediaan pakan dan ruang hidup lutung kokah.

Sebanyak 2.000 bibit matoa yang buahnya digemari primata ini, serta 1.000 bibit jengkol yang ditanam dengan harapan kelak pohonnya menjulang tinggi dan menjadi lumbung pakan alami. Daun pucuk jengkol juga menjadi makanan Lutung Kokah dan pohonnya berguna menjadi tempat mereka beraktivitas.

Baca Juga: PHR Resmikan Upgraded Pematang Substation, Siap Pacu Produksi untuk Ketahanan Energi

Langkah serupa juga diambil di Tahura. Sebanyak 1.000 bibit matoa dan 500 bibit jengkol ditanam, memperkuat upaya konservasi di kawasan yang saat ini menjadi rumah bagi populasi lutung kokah terbesar di wilayah kerja PHR.

Load More