Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 24 Agustus 2023 | 22:02 WIB
Nenek Satuni. [Ist]

SuaraRiau.id - Nenek Satuni adalah salah satu dari sejumlah masyarakat lanjut usia yang tergabung di Aliansi Masyarakat Rokan Hilir (Almasri) yang tengah berjuang untuk mendapat sepetak tanah dari Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat (FPKM) PT SIMP.

Meski sudah lanjut usia dan tubuhnya kian melemah, semangat Satuni untuk mendapatkan kesempatan memperbaiki hidupnya itu tak pernah surut.

Pasalnya, dia hampir menjalani kenestapaan sepanjang usianya.

Selama ini, Satuni hidup sangat sederhana dari mengutip brondolan (biji sawit) yang terpisah dari tandannya di kebun orang atau kebun perusahaan sementara sang suami bekerja tak tentu.

"Selama 20 tahun itu kita cari makan seadanya, yang penting bisa untuk makan. Cari brondolan," ucapnya.

Kini, bahkan ia tak lagi sanggup mengutip brondolan sawit karena kondisinya yang tak memungkinkan.

"Sudah setahun ini berhenti, sebelumnya masih mencari walaupun terpincang-pincang," ujar Satuni.

Sejak tahun 1999, ia telah menjadi bagian dari perjuangan bersama masyarakat adat dan penduduk setempat di Balai Jaya untuk mendapatkan hak atas tanah.

Di usianya yang lansia, Satuni memiliki harapan yang sederhana yakni memiliki sebidang tanah. Harapan tersebut masih dipelihara dan diidam-idamkan.

Satuni sempat dikecewakan oknum koperasi yang menjajikan lahan di Meranti dengan pola PIR Transmigrasi yang ternyata tak terealisasi. Padahal ia sudah membayarkan sejumlah uang.

"Makanya ke Pekanbaru pun saya ikut, karena kepengen punya sawit. Dari dulu pengen punya sawit," ungkapnya tabah.

Meskipun banyak tantangan, Satuni dan rekan-rekan sejawatnya terus berjuang. Banyak dari mereka yang telah berpulang tanpa merasakan hasil dari perjuangan mereka.

"Saya sekarang sudah sakit, kalau dulu masih sehat kita yang paling (depan, red). Tapi kita yang masih ada, yang lain sudah mati," jelas dia.

Di penghujung tahun 2023, izin HGU PT SIMP akan habis. Nenek Satuni berharap dengan tulus bahwa momen ini dapat menjadi titik puncak perjuangan mereka.

Dalam doanya, Nenek Satuni menyuarakan harapan agar hati petinggi PT SIMP akan terketuk dan mereka akan mempertimbangkan keputusan ini dengan bijak.

"Sambil salat saya berdoa agar hatinya dibolak (balikkan, red) dan semuanya yang kita minta dikabulkan," inginnya.

Load More