Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Sabtu, 10 September 2022 | 10:47 WIB
Pegiat seni asal Siak, Winda. [Ist]

Winda memaparkan, untuk bisa menembus festival tersebut, pihaknya melalui proses seleksi ketat dari pihak penyelenggara, mulai video tampilan hingga profil sanggar.

“Prosesnya sekitar tiga bulan dan alhamdulillah kita dinyatakan lolos dan diundang untuk tampil. Tapi panitia tidak menyiapkan akomodasi ataupun transportasi, hanya sebatas konsumsi saat perhelatan saja yang digelar dari tanggal 2 sampai tanggal 4 (September)," ungkapnya.

Awalnya besar harapan Winda agar bisa dibantu oleh Pemkab Siak. Sebab, menurut Winda Ia membawa misi seni dan budaya Siak.

Kata Winda, tema tarian yang ditampilkannya mengadopsi kearifan lokal yaitu ghatib beghanyut (dzikir berhanyut di Sungai Siak yang merupakan tradisi masyarakat Siak untuk menolak bala).

“Kami bisa tampil di acara festival payung Indonesia di Solo melalui seleksi dengan proses yang panjang serta bersaing dengan sanggar dan komunitas seni yang ada di seluruh Indonesia dan mancanegara. Karena festival ini progresnya menuju Benua Eropa, semoga kami juga bisa lolos untuk tampil di Eropa nantinya. Aamiin," ujarnya.

Winda ingin, ke depan para pelaku dan penggiat seni budaya lebih mendapat perhatian pemerintah dalam mengejawantahkan karya karyanya karena pada akhirnya akan memberi kontribusi bagi marwah negeri.

“Untuk generasi muda, pesan saya, jangan menyerah apalagi merasa malu dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya lokal. Teruslah berkarya dan berbuat yang terbaik untuk negeri kita," tutur Winda.

Sementara itu, Ketua DPRD Siak Indra Gunawan menyayangkan hal yang terjadi terhadap Winda.

Indra mengungkapkan bahwa mendengar kisah anak-anak Siak yang tampil dan mengharumkan daerah namun terkendala persoalan biaya membuatnya geram terhadap sikap pemerintah kabupaten.

Menurut Indra seharusnya Pemkab Siak punya sikap yang jelas. Apalagi hal itu bersangkutan dengan nama baik Kabupaten Siak.

Load More