Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 16 September 2021 | 13:05 WIB
Ilustrasi tes PCR/antigen. [Ilustrasi: Suara.com/Ema]

"Saat itu ya demi anak-anak yang masih kecil di rumah, orang tua dan istri," jelasnya.

Selain persoalan keluarga, Haddrami mengaku ia sering melakukan PCR saat itu juga karena persoalan pekerjaan.

"Jadi bersyukur juga dengan ada perintah harga tes PCR diturunkan," ujarnya.

Sementara itu, Benny, seorang pebisnis Riau ini sebulan dua atau tiga kali keluar masuk Riau. Berangkat dari Riau di masa pandemi Covid-19 ini, ia mesti lebih dulu melakukan swab PCR sebagai syarat perjalanan udara.

"Sebelumnya pas harga mahal tentu membuat kita kewalahan, mau berangkat itu mengeluarkan uang yang tidak sedikit," katanya.

Warga Pekanbaru ini biasanya mesti merogoh kocek Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta untuk sekali berangkat, hal ini sudah mencakup tiket, akomodasi, transportasi darat hingga biaya swab PCR tadi.

Barang tentu hal ini memberatkan, lantaran biasanya dengan modal Rp 1,5 juta sebelum masa pandemi, ia sudah bisa pulang pergi dengan tujuan Pekanbaru-Jakarta, plus membawa oleh-oleh bagi keluarga.

Benny sendiri merupakan pebisnis kuliner di Jakarta asal Pekanbaru. Dengan diturunkannya harga PCR tersebut, ia pun bisa bernapas lega.

Sebab penurunan itu cukup signifikan untuk menghemat biaya di tengah perekonomian masyarakat yang tengah lesu.

Bahkan ia mengaku "kebal" dan jenuh dengan alat medis yang bolak-balik digunakan untuk mengambil sampel. Hal itu menurutnya sudah menjadi suatu hal yang wajib dan tak bisa dihindari.

Load More