- Rocky Gerung mengkritik Program MBG
- Makanan gratis tercemar oleh sistem yang korup
- Menurut Rocky, kegagalan MBG bukan sekadar manajemen
SuaraRiau.id - Sosok Rocky Gerung menyampaikan kritik tajam terhadap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini menuai masalah, seperti keracunan di beberapa daerah.
Hal tersebut diungkapkannya saat hadir dalam peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Brimobda Riau, Rabu 1 Oktober 2025.
Rocky menyinggung bahwa akar permasalahan program MBG ini bukan pada teknis distribusi, melainkan pada moralitas, dan etika dalam pengelolaan kebijakan publik.
"Kita tahu bahwa kita diberi gizi oleh bumi, tetapi politik mengubahnya menjadi racun. Bumi memberikan makan siang gratis, birokrasi mengubahnya menjadi makan siang yang mahal," katanya dikutip dari Riauonline.co.id--jaringan Suara.com.
Menurut akademisi sekaligus pengamat politik ini, makanan yang seharusnya menjadi hak dasar anak-anak kini tercemar oleh sistem yang korup.
Rocky Gerung bahkan menyebut bahwa yang meracuni makanan anak-anak bukanlah pohon atau alam, melainkan "pohon politik" yang akarnya adalah manusia-manusia korup.
"Bukan pohon yang meracuni makanan kita. Bukan akar yang membuat kita diinfus. Yang membuat racun itu adalah pohon politik yang berakar pada ratusan manusia. Itu korupsi," tegasnya.
Rocky menuturkan jika program MBG gagal, maka kegagalan itu bukan sekadar soal manajemen. Ia menyebutnya sebagai kegagalan mendasar akibat hilangnya kejujuran dan pengawasan yang etis.
"Setiap kali kita mengevaluasi kebijakan, kita harus evaluasi dari dasar perkaranya. Kalau kita gagal pertama dari makan siang gratis, kita selamanya akan gagal. Padahal daunnya hijau, tetapi akarnya busuk oleh korupsi yang goblok," sebutnya.
Rocky Gerung juga mengkritik pihak yang seharusnya mengawasi kualitas makanan untuk anak-anak. Pasalnya, pengawasan bukan hanya soal teknis, tetapi juga harus etis dan ilmiah.
"Makanan anak-anak itu seharusnya diawasi lebih ketat oleh dokter, bukan oleh tukang masak. Pengawasan teknis itu penting, tapi yang lebih penting adalah pengawasan etis yang dimulai dari kejujuran seorang dokter," jelas Rocky.
Rocky bahkan mengutip menyebut tokoh ilmuwan muslim Ibnu Sina, untuk menegaskan bahwa pengawasan terhadap apa yang masuk ke dalam tubuh manusia adalah pekerjaan ilmiah, bukan sekadar administratif.
"Ibnu Sina, dokter yang menemukan kimia pertama, membuat kita percaya bahwa keahlian dokter adalah mengawasi hubungan antara sistem pencernaan dengan barang-barang yang dimasukkan ke tubuh manusia," tambahnya.
Dalam konteks lokal, Rocky mengapresiasi upaya yang dimulai di Riau untuk menjalankan program ini dengan pendekatan etis dan profesional.
Ia berharap daerah ini bisa menjadi laboratorium nasional dalam pengelolaan kebijakan yang bersih dan berintegritas.