Heboh Dugaan Pelecehan Seksual Bocah TK, Orangtua di Pekanbaru Ngaku Was-was

"Jadi lebih hati-hati untuk memasukkan anak ke sekolah mana," ungkapnya.

Eko Faizin
Selasa, 16 Januari 2024 | 21:33 WIB
Heboh Dugaan Pelecehan Seksual Bocah TK, Orangtua di Pekanbaru Ngaku Was-was
Ilustrasi pelecehan seksual bocah TK. [Pixabay/Geralt]

SuaraRiau.id - Kasus dugaan pelecehan seksual bocah TK oleh teman sekelasnya menjadi percatan sejumlah orangtua di Pekanbaru. Beberapa merasa takut dengan kejadian tersebut.

Sawino, seorang warga yang memiliki anak sekolah di TK, mengaku merasa takut dan lebih waspada atas kasus ini.

"Rasa takut tentu ada. Apalagi seluruh kegiatan anak di sekolah bisa saja lepas dari pengawasan guru. Mungkin saja kegiatan itu mengarah hal negatif," katanya kepada Antara, Selasa (16/1/2024).

Sawino berharap pihak sekolah dapat lebih meningkatkan pengawasan terhadap terhadap anak agar menghambat hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, ia mengaku penggunaan gawai kepada anaknya di rumah pun selalu diawasi agar anak tak mengakses hal yang tak sesuai umurnya.

"Penggunaan handphone dibatasi paling lama satu jam dan tidak boleh lepas dari pengawasan. Biasanya anak hanya main game atau nonton film animasi di YouTube," sebutnya.

Terpisah, Wati, salah satu orangtua mengaku perlu lebih selektif memilih sekolah untuk anaknya. Ia juga lebih memperhatikan perubahan kecil dan menanyakan secara detail kegiatan anak di sekolah.

"Jadi lebih hati-hati untuk memasukkan anak ke sekolah mana," ungkapnya.

Diketahui, seorang bocah TK di Pekanbaru diduga menjadi korban kekerasan seksual teman satu sekolahnya. Ayah korban berinisial D, menjelaskan jika peristiwa ini terjadi beberapa bulan lalu. 

Pihaknya telah melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah, namun D merasa pihak sekolah terkesan mengabaikan kasus tersebut bahkan melindungi pelaku. D dan istri mengaku juga mendapat tekanan dan ancaman dari pihak sekolah. 

Bahkan istrinya sempat mengamuk di sekolah karena merasa tidak puas dengan penanganan kasus tersebut. Usai tak menemukan penyelesaian, ia dan istri juga mengadu ke Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota Pekanbaru.

Namun, proses mediasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Kemudian keluarga korban membuat laporan terkait perkara ini ke Polsek Tampan. Saat ini proses penanganan perkara dilakukan oleh Satreskrim Polresta Pekanbaru. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini