Praperadilan Warga Rempang Ditolak PN Batam, Begini Respons Kuasa Hukum

Permohonan praperadilan tersebut sebelumnya diajukan oleh tim advokasi nasional untuk Rempang.

Eko Faizin
Selasa, 07 November 2023 | 09:09 WIB
Praperadilan Warga Rempang Ditolak PN Batam, Begini Respons Kuasa Hukum
Warga Batam kembali datangi Kantor BP tolak relokasi Rempang. [suara.com/ist]

SuaraRiau.id - Pengadilan Negeri (PN) Batam, Kepulauan Riau (Kepri) menolak permohonan praperadilan penetapan 30 orang tersangka atas kasus kericuhan di depan kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam yang terjadi pada 11 September 2023.

Permohonan praperadilan tersebut sebelumnya diajukan oleh tim advokasi nasional untuk Rempang.

Hakim Tunggal Yudith Wirawan dalam sidang putusan di PN Batam mengungkapkan bahwa, penyidikan yang dilakukan kepolisian selaku termohon, hingga menetapkan 30 orang tersangka dalam 25 perkara, sudah sesuai dengan prosedur dan mekanisme hukum yang berlaku.

"Mengadili dalam eksepsi, menyatakan eksepsi pemohon tidak dapat diterima. Menolak praperadilan untuk seluruhnya," ujar Yudith dikutip dari Antara, Senin (6/11/2023).

Jalannya persidangan dibagi menjadi tiga ruang sidang dan masing-masing ruangan dipimpin oleh hakim tunggal dengan kasus yang sama serta menolak permohonan yang sama, yakni Hakim Yudith Wirawan, Hakim Eddy sameaputty dan Hakim Sapri Tarigan.

Hakim Yudith menjelaskan alasan penolakan permohonan praperadilan yang diajukan oleh tim advokasi nasional untuk Rempang tersebut.

Salah satunya alat bukti yang didapat oleh polisi pada kericuhan 11 September 2023 tersebut, yang menurutnya sah, karena memperlihatkan tindak pidana.

Selain itu, bukti-bukti yang dimiliki pihak Kepolisian dalam menjerat 30 orang tersangka tersebut dinilai sangat kuat dan meyakinkan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Sementara itu, salah satu tim advokasi nasional untuk Rempang Mangara Sijabat mengatakan, pihaknya tetap menghormati keputusan hakim dalam putusan tersebut.

Namun, ke depan, pihaknya akan terus memberikan pengawalan terhadap proses peradilan ke depannya.

"Kami akan terus mengawal proses peradilan, sampai akhir nanti ditetapkannya klien kami apakah benar mereka tindakan pidana apa tidak," ujar Mangara. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini