Yang Novi ingat, sepuluh pria berbadan tegap dan besar itu menggunakan rompi Brimob.
"Tidak satupun saya kenal, yang saya ingat mereka menggunakan rompi ada tulisan Brimob," ucapnya haru.
Novi panik, malam itu tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun tak diperbolehkan memegang handphone bilamana untuk mengabari keluarganya.
Yang ia ingat, kalimat dari para pria tegap itu menanyakan kepada TH dimana letak senjata api itu.
Novi tahu letak senjata api itu, tapi Novi tidak tahu kalau senapan itu ternyata senjata api yang dilarang dan ilegal.
Karena, kata Novi, dia hanya tahu suaminya suka berburu babi lalu menjualnya untuk menambah pundi ekonomi keluarganya.
"Tanah rumah ini masih kredit, rumah kami beginilah bentuknya," ujarnya.
Keseharian TH, lanjut Novi, bekerja sebagai tukang singso atau olah kayu. Itupun kalau ada orderan. Jika tidak, untuk mengisi waktu yang kosong menambah pendapatan ekonomi suaminya berburu babi dan menjualnya ke orang cina.
Suaminya, tambah Novi, orang yang humoris. Setiap hari pulang ke rumah, tak pernah tak pulang. Jika pulang kerja, TH langsung bermain dengan dua orang buah hatinya yang masih balita.
Sempat mendengar kabar miring dari orang lain, bahwa suaminya terlibat jaringan. Kalimat itu membuat hati Novi semakin teriris.