SuaraRiau.id - Pegiat seni asal Siak Winda berhasil membawa nama harum Riau lantaran tampil dalam Festival Payung Indonesia di Pura Mangkunegaraan, Solo, Jawa Tengah.
Diketahui, Winda melalui Sanggar Sekayuh Sehati SMPN 1 Mempura Siak lolos seleksi dan diundang pada event tersebut.
Festival Kementerian Pariwisata melalui Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya ini, Winda memboyong 10 orang.
Namun, di balik kesuksesan Winda dan anak-anak asuhannya, terkuak kisah sedih yang mengiringi perjalanan hingga akhirnya bisa ikut acara di Solo itu.
Keberangkatan sanggar seni itu membuat Winda harus menggadaikan emas miliknya sebagai modal untuk membawa penari, penata busana, penata tari dan pemusik.
Dalam gelaran itu, sanggarnya membawakan tarian bertajuk Ghatib Beghanyut. Penampilan anak didik Winda di Solo sangat memukau penonton.
Mereka bersaing dengan puluhan peserta dari daerah bahkan dari luar negeri.
Penampilan anak didik Winda membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terpukau dan meminta untuk tampil kembali di Pendopo Gubernuran dan saling berdiskusi.
Bagi Winda, tentunya itu momentum yang langka sehingga ia pun tak sia-siakan hal itu.
Di sela perbincangan sekitar dua jam bersama Ganjar, Kepala Sekolah SMPN 1 Mempura ini memberi Ganjar cinderamata berupa tanjak (ikat kepala) serta bolu kemojo yang menjadi ciri khas Siak.
Ganjar pun dengan sumringah menerima tanjak Siak yang dikenakan langsung oelh Winda serta mencicipi bolu kemojo.
Tak hanya diundang untuk tampil, anak didik Winda beserta rombongan juga difasilitasi untuk berwisata di Jawa Tengah lengkap dengan fasilitas hotel dan bis wisata. Tak terkira rasa bahagia Winda dan rombongan atas kebaikan hati Ganjar.
Di balik bahagianya Winda dan rombongan bisa tampil di kancah nasional. Ada cerita haru dibalik itu semua.
Winda terpaksa menggadaikan emas miliknya. Hal itu dilakukannya demi untuk mengongkosi rombongannya menuju festival tahunan bergengsi tersebut.
Winda harus rela menggadaikan gelang emas karena proposal yang diajukan kepada Pemkab Siak tidak membuahkan hasil.
Walau demikian, Winda yang di Siak tidak saja dikenal sebagai Kepala Sekolah berprestasi tapi juga seorang penggiat seni dan budaya ini, tidak pernah patah semangat.
Hati yang penuh tekad untuk memperkenalkan daerahnya melalui seni dan budaya di kancah festival bertaraf internasional, diapun tanpa ragu mencopot gelang emas yang selama ini menghiasai pergelangan tangannya untuk digadaikan.
Sampai di sana, masalah belum selesai, saat dirinya datang ke agen bus, ternyata ongkos perorangnya mencapai Rp780 ribu perorang. Hitung punya hitung termasuk ongkos pulang nantinya dan selama di tanah Jawa, uang hasil gadai gelang bakalan tidak mencukupi.
Untunglah, sang agen bus berbaik hati memberi potongan harga begitu tahu rombongan yang akan berangkat, didominasi anak yatim.
"Alhamdulillah, agen bus berbaik hati. Tidak hanya memberi potongan harga tapi juga membekali kami air mineral botol. Alhamdulillah”, ujar Winda.
Winda memaparkan, untuk bisa menembus festival tersebut, pihaknya melalui proses seleksi ketat dari pihak penyelenggara, mulai video tampilan hingga profil sanggar.
“Prosesnya sekitar tiga bulan dan alhamdulillah kita dinyatakan lolos dan diundang untuk tampil. Tapi panitia tidak menyiapkan akomodasi ataupun transportasi, hanya sebatas konsumsi saat perhelatan saja yang digelar dari tanggal 2 sampai tanggal 4 (September)," ungkapnya.
Awalnya besar harapan Winda agar bisa dibantu oleh Pemkab Siak. Sebab, menurut Winda Ia membawa misi seni dan budaya Siak.
Kata Winda, tema tarian yang ditampilkannya mengadopsi kearifan lokal yaitu ghatib beghanyut (dzikir berhanyut di Sungai Siak yang merupakan tradisi masyarakat Siak untuk menolak bala).
“Kami bisa tampil di acara festival payung Indonesia di Solo melalui seleksi dengan proses yang panjang serta bersaing dengan sanggar dan komunitas seni yang ada di seluruh Indonesia dan mancanegara. Karena festival ini progresnya menuju Benua Eropa, semoga kami juga bisa lolos untuk tampil di Eropa nantinya. Aamiin," ujarnya.
Winda ingin, ke depan para pelaku dan penggiat seni budaya lebih mendapat perhatian pemerintah dalam mengejawantahkan karya karyanya karena pada akhirnya akan memberi kontribusi bagi marwah negeri.
“Untuk generasi muda, pesan saya, jangan menyerah apalagi merasa malu dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya lokal. Teruslah berkarya dan berbuat yang terbaik untuk negeri kita," tutur Winda.
Sementara itu, Ketua DPRD Siak Indra Gunawan menyayangkan hal yang terjadi terhadap Winda.
Indra mengungkapkan bahwa mendengar kisah anak-anak Siak yang tampil dan mengharumkan daerah namun terkendala persoalan biaya membuatnya geram terhadap sikap pemerintah kabupaten.
Menurut Indra seharusnya Pemkab Siak punya sikap yang jelas. Apalagi hal itu bersangkutan dengan nama baik Kabupaten Siak.
"Pemda Siak harusnya punya sikap yang jelas. Jangan sikit-sikit cerita tak ada uang. Apalagi kegiatan positif anak-anak yang dibawa Buk Winda itu mengharumkan nama Siak, seharusnya di-support," ujar Indra, Jumat (9/9/2022).
Indra berharap hal serupa jangan lagi ada lagi terjadi di Kota Istana. Bahkan, pemerintah daerah harus mendorong aktifitas anak-anak Siak yang positif.
"Jadi anak-anak Siak maupun komunitas harus didorong untuk membawa nama Siak lebih baik dan maju. Bantu difasilitasi baik yang sifatnya momen maupun program," pinta Indra.
Kontributor : Alfat Handri