Heboh Benda Bercahaya di Langit Pekanbaru, Ini Penjelasan soal Hujan Meteor Perseid

Puncak hujan meteor perseid tersebut pun dapat terlihat di langit utara.

Eko Faizin
Minggu, 14 Agustus 2022 | 08:27 WIB
Heboh Benda Bercahaya di Langit Pekanbaru, Ini Penjelasan soal Hujan Meteor Perseid
Penampakan benda bercahaya di langit Pekanbaru yang diduga hujan meteor perseid. [Instagram]

SuaraRiau.id - Media sosial dihebohkan dengan penampakan benda bercahaya berekor terbang beriringan di langit Pekanbaru pada Sabtu (13/8/2022) malam.

Dua cahaya di langit tersebut tampak terekam sejumlah warga di Pekanbaru. Dalam beberapa video yang diunggah akun Instagram @pkucity, terlihat cahaya berekor menyala terbang beriringan.

Tak sedikit warganet yang menyebut benda terbang itu merupakan meteor. Sebagaimana diketahui, hujan meteor perseid terjadi pada 13 Agustus dan 14 Agustus 2022.

Puncak hujan meteor perseid tersebut pun dapat terlihat di langit utara.

Mengutip Antara, Peneliti ahli utama di Pusat Riset dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengungkap soal fenomena tersebut.

“Hujan meteor ini dapat disaksikan sekitar 13 Agustus sampai 14 Agustus 2022 dan itu terlihat di langit utara. Ini tergolong hujan meteor besar, jadi diperkirakan ada puluhan meteor per jamnya,” kata Thomas dikutip dari Antara, Sabtu (13/8/2022).

Thomas menjelaskan hujan meteor perseid dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 23.00 WIB malam di Sabang atau yang selintang dan 01.00 WITA malam di Pulau Rote atau yang selintang hingga 25 menit sebelum matahari terbit.

“Terbaik itu bisa teramati sesudah tengah malam sampai dengan menjelang subuh,” ujar Thomas.

Perseid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi perseus. Intensitas maksimum hujan meteor tersebut adalah sebesar 100 meteor per jam.

Dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 20,9 derajat (Pulau Rote) hingga 37,8 derajat (Sabang), intensitas hujan meteor perseid berkurang menjadi 36 meteor per jam (Pulau Rote atau yang selintang) hingga 61 meteor per jam (Sabang atau yang selintang).

Untuk dapat mengamati hujan meteor perseid tanpa alat bantu optik, Thomas menuturkan perlu memastikan cuaca saat pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya.

Semakin besar tutupan awan dan skala Bortle atau skala kecerlangan langit malam, semakin berkurang intensitas meteornya.

“Upayakan mengamati dari daerah yang jauh dari polusi cahaya,” tutur Thomas.

Terdapat interferensi cahaya bulan yang terletak di dekat zenit saat titik radian perseid terbit, sehingga dapat mengganggu pengamatan perseid.

Meskipun demikian, hujan meteor perseid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra atau video.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini