SuaraRiau.id - Wilayah Kerja (WK) Rokan di Riau menjadi model terbaik untuk alih kelola wilayah kerja migas di Indonesia.
Proses peralihannya berjalan selamat dan lancar, dengan diikuti peningkatan produksi dari salah satu WK terbesar di tanah air itu.
Pada 9 Agustus 2022, WK Rokan genap satu tahun dikelola oleh anak-anak negeri di bawah Pertamina, melalui anak perusahaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
”Alih kelola WK Rokan memiliki kompleksitas tinggi dan skala terbesar di regional Asia Tenggara. Berkat tenaga dan pikiran putra-putri terbaik bangsa, proses alih kelola dan transisi berjalan sangat baik dan menjadi kebanggaan kita semua,” ungkap Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam acara peringatan Satu Tahun Alih Kelola WK Rokan di Duri, Bengkalis, Senin (8/8/2022).
Dirut Pertamina hadir di tengah-tengah para pekerja WK Rokan bersama Dirut Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip. Wilayah operasional WK Rokan tersebar di tujuh kabupaten/kota di Riau.
PHR mencatatkan tingkat produksi sekitar 161 ribu BOPD (barel minyak per hari), jauh lebih baik dibandingkan prediksi yang berada di kisaran 142 ribu BOPD jika tidak melakukan kegiatan masif dan agresif.
"Saya mengimbau untuk terus meningkatkan produksi, pengoperasian lapangan yang efisien, serta meningkatkan kerja sama dan sinergi lintas region dan zona. Keberhasilan WK Rokan dalam meningkatkan produksi ini untuk dapat menjadi lesson learned di wilayah kerja dalam lingkungan SHU,” tutur Dirut Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip.
Apresiasi juga disampaikan SKK Migas selaku institusi yang bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama.
”WK Rokan berhasil meningkatkan produksi melalui rencana kerja yang masif, agresif dan efisien dan berpeluang kembali menjadi produsen terbesar di Indonesia pada tahun ini. WK Rokan masih memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan melalui berbagai terobosan teknologi,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Produksi WK Rokan saat ini berkontribusi sekitar seperempat dari total produksi minyak nasional. Sejak hari pertama alih kelola, PHR langsung tancap gas dengan rencana kerja yang masif dan agresif melalui target pengeboran 400 hingga 500 sumur baru pada tahun 2022.
Jumlah rig pengeboran meningkat dari 9 rig menjadi 21 rig pada saat ini. Jumlahnya akan terus ditambah menjadi hingga 27 rig pada akhir tahun. Begitu juga dengan jumlah rig kerja ulang dan perawatan sumur (WO/WS), dari 25 rig kini menjadi 32 rig WO/WS.
”Kelancaran alih kelola juga berkat dukungan berbagai pemangku kepentingan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota maupun TNI/ Polri yang sangat luar biasa dalam mendukung kegiatan operasi PHR untuk meningkatkan produksi,” jelas Dirut PHR Jaffee A. Suardin. Dari sisi Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL), PHR menerima 12 penghargaan baik lokal, nasional maupun internasional yang sekaligus membuktikan kualitas program yang dijalankan.
Selama setahun sejak alih Kelola, PHR berhasil mengebor lebih dari 370 sumur baru dan melaksanakan lebih dari 15.000 kegiatan WOWS.
Selain pengeboran sumur baru dan pengerjaan ulang sumur, optimalisasi potensi WK Rokan juga ditempuh melalui, di antaranya, penjagaan tingkat base production, pengeboran sumur sisipan, teknologi injeksi air dan uap, Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) hingga pengembangan potensi Migas Non Konvensional (MNK).
PHR juga mengoptimalkan dukungan teknologi --termasuk berbagai inovasi digital dan pemanfaatan atau kecerdasan buatan-- untuk mendorong tercapainya operasi yang selamat, andal dan efisien.