SuaraRiau.id - Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku pernah mendapat tawaran menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto pada 2019 lalu.
Namun, UAS menolak wacana tersebut dengan sejumlah alasan. Hal itu ia ungkapkan di kanal Youtube Refly Harun baru-baru ini.
Ahli hukum tata negara Refly Harun yang penasaran dengan alasan UAS menolak jabatan wakil presiden kemudian menanyakan perihal itu.
"Sempet nih, digadang-gadang calon pendamping Prabowo Subianto, tapi kenapa tidak mau?" tanya Refly dikutip Hops.id--jaringan Suara.com pada Senin 9 Mei 2022.
UAS kemudian memberikan jawaban panjang lebar terkait alasanya menolak peluang menjadi wapres Prabowo. Pertama, ialah disebabkan dari 40 orang cucu kakeknya yang dia sebut abah diia termasuk yang disekolahkan di sekolah agama.
"Abah itu inginnya saya sekolah agama, bahkan dari 40 cucu saya dijanjikan disekolahkan agama,” kata dia.
Bahkan, UAS mengaku demi bisa menyekolahkan dirinya di sekolah agama kakeknya sudah mempersiapkan pohon kelapa miliknya untuk membiayai sekolahnya.
“Jika pun beliau tidak ada pun, Abah janjikan pohon kelapa miliknya bakal menyekolahkan," terangnya.
Dia pun menerangkan bahwa sampai saat ini tak berminat untuk bergabung di partai politik. Itu karena memang sampai mati dia ingin jadi guru agama.
"Sampai sekarang pun tidak tergabung di partai. Sampai mati tetap ingin menjadi guru agama," tegas UAS.
UAS merasa lebih berperan dan memiliki nilai jika menjadi guru agama dan tidak ikut ke salah satu partai.
"Nilai saya itu, ada sebagai guru agama. Saya lebih banyak berperan jika menjadi guru ngaji. Tidak ikut partai," jelas UAS.
Refly Harun pun kemudian menanyakan apakah tidak ada niat dari UAS untuk mengikuti jalan beberapa pendakwah besar seperti KH Zainudin MZ yang akhirnya memilih untuk terjun ke politik dan bergabung di partai.
Bagi UAS, baju partai terlalu sempit untuknya.
"Maka biarkan saya menjadi milik semua lapisan umat," tandas UAS.
Diketahui, ada beberapa kalangan menilai bahwa menjadi wapres atau wakil presiden memang tak memiliki peran sentral atau hanya sebagai pelengkap saja.
Bahkan, sampai disebut jika dari kalangan ulama menjadi wapres maka akan bernasib seperti Maruf Amin yang terkesan hanya diam mendampingi Presiden Jokowi tanpa banyak peran yang jelas.